Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama: Organisasi Islam Terbesar di Indonesia yang Lahir Sejak Zaman Penjajahan

Jum'at, 28 Januari 2022 | 17:22 WIB
Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama: Organisasi Islam Terbesar di Indonesia yang Lahir Sejak Zaman Penjajahan
Logo NU, Sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (Wikipedia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berikut ini sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama NU, organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Nahdlatul Ulama (NU) akan menginjak usia ke-96 tahun pada Senin, 31 Januari 2022 mendatang. Dikutip dari laman NU Online, Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 atau bertepatan pada 16 Rajab 1344 Hijriah. Untuk lebih mengenal organisasi Islam terbesar di Indonesia ini, simak berikut sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama.

Sejarah Berdirinya Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama digagas oleh para kiai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Madura saat melakukan pertemuan di rumah KH. Abdul Wahab Hasbullah di Surabaya. Pertemuan tersebut diprakarsai oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah dan KH. Hasyim Asy’ari.

Lahirnya Nahdlatul Ulama  ini adalah sebuah respon dari berbagai permasalahan keagamaan, meneguhkan mazhab dan kebangsaan-sosial masyarakat.

Sebelum NU terbentuk, KH. Abdul Wahab Hasbullah pernah mendirikan organisasi yang bernama Nahdlatul Wathon yang berarti “Kebangkitan Tanah Air” pada tahun 1916.

Nahdlatul Wathon berkembang pesat hingga memiliki madrasah dan gedung di Surabaya. Nahdlatul Wathan juga memiliki beberapa cabang seperti di Gresik, Malang, Jombang, Semarang dan wilayah lainnya.

Tidak hanya itu, KH. Abdul Wahab Hasbullah juga mendirikan Nahdlatul Tujjar atau yang berartikan Kebangkitan Para Pedagang pada tahun 1918. Pada tahun 1914, kemudian berdiri majelis diskusi dan madrasah bersama Taswirul Afkar sebagai tempat menuntut ilmu dan belajar ilmu agama.

Pada awal tahun 1926, rapat dan koordinasi antar-organisasi Islam di Cianjur menyatakan akan mengirimkan dua orang utusan ke Mekkah untuk menghadap langsung kepada Raja Saud. KH. Abdul Wahab Hasbullah mengusulkan dua orang delegasi tersebut untuk membawa persoalan praktik Islam-tradisional di Indonesia.

Baca Juga: Gus Salam dan Gus Kautsar Putuskan Mundur dari Kepengurusan PBNU yang Dipimpin Gus Yahya, Ini Alasannya

Namun pendapat KH. Abdul Wahab Hasbullah tersebut tidak disetujui oleh pihak Islam-reformis. Pada akhirnya hal tersebut membuat golongan Islam-tradisional memutuskan untuk menghadap Raja Saud untuk memperjuangkan kepentingan mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI