Suara.com - Keluarga curiga pengeroyokan yang menewaskan Wiyanto Halim (89) di Jalan Pulokambing, kawasan Jakarta Industrial Estate Pulogadung, Jakarta Timur, yang dimulai pengejaran dari Tebet, ada dalangnya.
Keluarga berharap kepada pihak berwajib untuk menelusuri kasus hingga tuntas.
Hari ini, Senin (24/1/2022), polisi Jakarta Timur sudah mengamankan 14 orang dan menetapkan satu tersangka.
Kecurigaan keluarga didasarkan pada rangkaian kejadian serta keterangan sejumlah saksi yang melihat peristiwa pengejaran yang berakhir dengan pengeroyokan pada Minggu (23/1/2022), dini hari.
"Ini buat kami bukan sekadar pengeroyokan biasa, ini pasti ada dalangnya, ada pihak-pihak yang menghendaki hal ini terjadi, ini keyakinan keluarga," kata pengacara keluarga korban, Freddy Yoannes Party, di Jakarta Utara.
Menurut keyakinan keluarga, kejadian tersebut sudah direncanakan.
Freddy mengungkapkan secara pribadi Wiyanto Halim tidak memiliki musuh.
Perjuangkan tanah
Wiyanto Halim terlibat kasus sengketa tanah di daerah Tangerang, Banten, sejak tahun 1978.
Baca Juga: Kakek 89 Tahun Dikeroyok hingga Tewas Usai Dituduh Maling di Cakung, Polisi Tetapkan Satu Tersangka
Persoalan tanah itu hingga sekarang masih dalam proses di pengadilan.
"(Selama) 33 tahun beliau memperjuangkan hak atas tanahnya sampai hari ini belum pernah selesai," kata Freddy.
Keluarga tidak bermaksud mengait-ngaitkan kasus pengeroyokan Wiyanto Halim dengan masalah tanah.
Mereka juga tidak berniat menuding siapapun karena polisi yang berwenang menangani kasus kematian Wiyanto Halim.
Sebelum dikeroyok hingga meninggal dunia, Wiyanto Halim diteriaki "maling." Padahal dia bukan pencuri dan hal ini sudah dikonfirmasi polisi.
"Bukan pencurian, jadi informasi dari Tebet atau Pulogadung dia bawa mobil ngebut diteriaki maling hingga dikejar," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Metro Jakarta Timur Ajun Komisaris Besar Polisi Ahsanul Muqaffi.
Itu sebabnya, keluarga curiga rangkaian kejadian pengeroyokan itu sudah dirancang.
"Kalau kami memperhatikan itu bukan hanya teriak memprovokasi, tapi motornya itu mengarahkan supaya mobil dari almarhum ini berjalan ke arah yang dia kehendaki, sepertinya ini sengaja digiring ke tempat tersebut kalau kita lihat videonya," ujar Freddy.
Freddy mengatakan memiliki saksi-saksi yang menguatkan kecurigaan keluarga.
"Kami punya beberapa saksi yang bisa menceritakan hal tersebut. Saksi ini belum kami sampaikan ke polisi," ujar Freddy.
Putri Wiyanto Halim, Bryana Halim, mengaku sangat kehilangan bapaknya dan dia menuntut keadilan.
"Kami intinya minta keadilan, (ayah saya) ini sudah jadi mayat. Keadilan buat keluarga saya bagaimana?" kata Bryana.
Kematian Wiyanto Halim baru mereka ketahui dari polisi pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB.
"Akhirnya jam delapan ditelepon dari kepolisian, handphone papa ternyata dari kepolisian. Sudah berada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)," kata Bryana.
Kasus itu sedang dalam penanganan Polres Metro Jakarta Timur. Empat belas orang sudah diamankan.
"Sampai dengan sore ini Polres Metro Jakarta Timur sudah menetapkan satu tersangka dengan inisial R," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Endra Zulpan.
R dinilai terbukti memukul Wiyanto Halim sebelum meninggal dunia.
"Tentunya dengan kasus ini tidak akan berhenti satu tersangka. Akan berkembang kepada tersangka lain," kata Endra Zulpan.