Suara.com - Edy Mulyadi pernah menjadi calon anggota legislatif Partai Keadilan Sejahtera pada pemilu 2009, tetapi kemudian gagal.
Edy Mulyadi seorang tokoh yang beberapa hari terakhir mencuat namanya setelah membuat pernyataan menyangkut rencana pemindahan ibu kota negara.
Dia menjadi salah seorang yang menolak rencana pemindahan itu.
Semenjak gagal jadi calon anggota legislatif, dia tidak aktif di PKS.
Baca Juga: Kecam Edy Mulyadi, Titisan Panglima Burung Sampaikan Pernyataan Sikap, Kapolri Diberi Waktu 1x24 Jam
Itu sebabnya, ucapan Edy Mulyadi dianggap tak ada sangkut pautnya dengan PKS.
Pandangan resmi PKS, kata Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini, diwakili oleh juru bicara.
"Kalau ada orang yang memiliki ekspresi, kan pandangannya ya tentu PKS tidak ikut bertanggungjawab atas ekspresi-ekspresi itu. Kan gitu," kata di Jakarta, Senin (24/1/2022).
Pernyataan Edy Mulyadi menyangkut pemindahan ibu kota negara baru merupakan ekspresi pribadi.
Jazuli menegaskan bahwa Edy Mulyadi bukan kader partainya.
"Ngak ada, nggak ada distatus kader nggak ada. Dia pernah menjadi caleg ya namanya caleg semua anak bangsa kan berhak," kata Jazuli.
Menurut Jazuli tidak semua tokoh yang pernah menjadi caleg lantas ucapan dan tindakannya mewakili partai.
"Tidak setiap orang yang pernah dicalegkan oleh satu partai seluruh sepak terjangnya dibebankan kepada partai kan tidak. Tidak selalu berkaitan tidak selalu berurusan gitu loh," kata Jazuli.
Edy Mulyadi menjadi polemik setelah menyebut "bisa memahami nggak, ini ada tempat elit punya sendiri yang harganya mahal punya gedung sendirian lalu dijual pindah ke tempat jin buang anak."
"Pasarnya siapa, kalau pasarnya kuntilanak genderuwo ngapain bangun di sana."
Sementara bagi politikus PKS Tifatul Sembiring, pernyataan Edy Mulyadi soal "tempat jin buang anak" tidak perlu disoal.
"Nggak ada kalimat menghina. Yang menghina yang mana? Nggak ada delik hukumnya juga. SARA juga nggak ada," kata Tifatul.
Sebelum berpendapat, Tifatul mengaku sudah meminta pendapat teman-temannya mengenai kalimat itu.
Tifatul mengatakan kalimat "tempat jin buang anak" merupakan konotasi dari lokasi yang jauh, sepi, dan seram. "Tempat sepi, jauh, serem, itu maknanya tiga itu, bukan tempat jorok," ujarnya.
"Saya kan tinggal Depok sekarang. Waktu saya pindah ke Depok, kata temen-temen juga bilang ‘lu mau pindah ke tempat jin buang anak?’. Jadi tidak ada konotasi penghinaan," kata dia.
Tapi pernyataan Edy Mulyadi yang disoal bukan cuma menyangkut "tempat jin buang anak," dia juga dianggap menghina Menteri Pertahanan dengan mengatakan "macan yang jadi mengeong." Kabarnya, Edy Mulyadi dilaporkan pendukung Prabowo ke Polda Sulawesi Utara.
Setelah membuat marah sejumlah kalangan, terutama di Kalimantan, Edy Mulyadi mengklarifikasi ucapannya serta meminta maaf kepada masyarakat.
Dia mengaku menyebut "tempat jin buang anak" sebagai ungkapan untuk menyebut lokasi yang terpencil. [rangkuman laporan Suara.com]