Soal Ucapan Arteria Dahlan, Dedi Mulyadi Tanggapi Bijak: Jadi Pembelajaran Bagi Orang Sunda

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Kamis, 20 Januari 2022 | 11:18 WIB
Soal Ucapan Arteria Dahlan, Dedi Mulyadi Tanggapi Bijak: Jadi Pembelajaran Bagi Orang Sunda
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi. (Dok: DPR)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menilai pemahaman nasionalisme yang bersifat jakartasentris malah melahirkan egoisme intelektual dan struktural.

Melansir Wartaekonomi.co.id -- jaringan Suara.com, pernyataan Kang Dedi Mulyadi itu adalah respons pro dan kontra ucapan Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan yang meminta Jaksa Agung untuk mengganti kajati yang berbicara bahasa Sunda saat rapat.

Menurut Dedi, seseorang yang memahami diri sendiri sebagai penguasa Jakarta dan menguasai jagat Indonesia telah mendorong pemahaman keliru. Seolah-olah orang tersebut paling paham mengenai Indonesia, tetapi justru malah sebaliknya.

"Ucapan Bang Arteria Dahlan adalah ucapan akademisi dan politisi yang besar di Jakarta dan bisa memahami ruang lingkup pembangunan bersifat elitis sehingga kurang menyelami kebudayaan Indonesia dan tidak mengerti peradaban setiap daerah," ucap Dedi, dalam keterangan tertulis di Jakarta, dikutip Kamis (20/1/2022).

Baca Juga: Epy Kusnandar Cari Guru Bahasa Sunda buat Arteria Dahlan, Supaya Tahu Kalau Ada yang Mau Santet

Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan saat ditemui wartawan di komplek Parlemen. (Suara.com/Bagaskara)
Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan saat ditemui wartawan di komplek Parlemen. (Suara.com/Bagaskara)

Mengucapkan bahasa daerah, kata Dedi, merupakan upaya kita dalam menjaga keberagaman sebab bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan. Karena bahasa persatuan, ada bahasa daerah yang dipersatukan.

"Manakala bahasa daerah hilang, tidak ada lagi yang dipersatukan. Untuk itu, menggunakan bahasa Indonesia tidak berarti kita melupakan bahasa daerah. Menggunakan bahasa daerah bukan berarti kita kehilangan nasionalisme dalam hidup," katanya.

"Akan tetapi, sesungguhnya justru dengan menggunakan bahasa daerah di sebuah daerah yang menjadi kebudayaannya adalah nasionalisme yang sebenarnya," lanjut Kang Dedi Mulyadi.

Dedi mencontohkan hal yang kurang tepat adalah saat orang Sunda menggunakan bahasa Sunda pada masyarakat Papua di Papua. Atau orang Jawa berbicara bahasa Jawa pada masyarakat Minang.

"Yang tepat itu orang Sunda datang ke Papua bisa bahasa dan memahami masyarakat Papua, atau orang Sunda ke Jawa bisa berbahasa dan memahami bahasa Jawa atau sebaliknya," katanya.

Baca Juga: Ferry Maryadi hingga Aden Bajaj Sentil Arteria Dahlan Usai Minta Kajati Dipecat Gegara Pakai Bahasa Sunda

Bagi Dedi, semangat toleransi adalah semangat memahami perbedaan sehingga setiap orang bisa memahami keberagaman yang ada di Indonesia.

"Semoga peristiwa terjadi hari ini yang menjadi hirup pikuk nasional, apa yang disampaikan sahabat kita Anggota Komisi III DPR RI menjadi pembelajaran bagi orang Sunda," pungkas Kang Dedi Mulyadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI