Suara.com - Selama ini mungkin kita belum begitu mengenal mengenai istilah Nusantara. Mungkin kita hanya sekadar tahu istilah tersebut, tetapi tidak tahu mengenai pengertian, konsep, dan sejarah istilah Nusantara? Baru-baru ini, istilah Nusantara mendadak ramai diperbincangkan, semenjak Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan bahwa Ibu Kota Baru Indonesia di Kalimantan Timur akan diberi nama “Nusantara”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, Nusantara diartikan sebagai sebutan (nama) bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Sementara secara morfologi, istilah Nusantara diambil dari Bahasa Jawa Kuno, yaitu nusa dan antara. Nusa berarti pulau, sedangkan antara berarti lain atau bisa diartikan juga sebagai seberang. Nusantara sendiri adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut Indonesia. Simak berikut sejarah istilah Nusantara.
Menilik Sejarah Istilah Nusantara
Mengutip dari Perundang-undangan Madjapahit (1967), nama Nusantara sebenarnya lahir di masa Kerajaan Majapahit di sekitar abad ke-14. Istilah Nusantara saat itu digunakan dalam konteks politik, di mana secara politis, kawasan Nusantara terdiri dari gugusan atau rangkaian pulau yang terdapat di antara benua Asia dan Australia, bahkan termasuk Semenanjung Malaya.
Baca Juga: Kapan ASN Pindah ke Ibu Kota Negara Nusantara? Catat Jadwal Perpindahan PNS Selengkapnya!
Wilayah tersebut dikategorikan Majapahit sebagai Nusantara. Nusantara sendiri tercatat diucapkan oleh Gajah Mada, patih Majapahit.
Gajah Mada mengucapkannya lewat sumpah yang dikenal sebagai Sumpah Palapa, di mana Sumpah itu diucapkannya saat upacara pengangkatan menjadi Patih Amangkubumi Majapahit. Sumpah Palapa berbunyi:
"Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa", yang artinya: "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa".
Waktu itu, sebagian Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur) tidak termasuk dalam istilah Nusantara yang dimaksud Gajah Mada. Hal tersebut karena kerajaan-kerajaan di tanah Jawa sudah berada langsung di bawah pemerintahan Majapahit.
Saat itu, setidaknya ada tujuh kerajaan di Pulau Jawa yang memberlakukan aturan Majapahit, yaitu Singasari, Daha, Kahuripan, Lasem, Matahun, Wengker, dan Pajang. Maka dari itu, Nusantara digunakan untuk menyebut daerah di luar Majapahit yang perlu ditaklukkan.
Baca Juga: Profil Ahok, Mantan Gubernur DKI yang Jadi Kandidat Terkuat Pemimpin Ibu Kota Negara Nusantara
Barulah setelah Majapahit bubar, istilah Nusantara terlupakan, dan kembali digunakan di abad ke-20. Tokoh pendidikan nasional pendiri Taman Siswa, yaitu Ki Hajar Dewantara, mempopulerkannya kembali. Nusantara digunakan sebagai alternatif dari Nederlandsch Oost-Indie atau Hindia Belanda yang hingga kini, istilah Nusantara masih kerap digunakan sebagai padanan Indonesia.
Itulah sejarah istilah Nusantara yang kini digunakan sebagai nama Ibu Kota Negara Indonesia di kalimantan Timur. Semoga bermanfaat!
Kontributor : Rishna Maulina Pratama