Suara.com - Selama beberapa juta tahun pertama evolusi manusia, teknologi berkembang lambat.
Sekitar tiga juta tahun lalu, nenek moyang kita membuat kepingan batu yang ditajamkan. Dua juta tahun lalu, mereka membuat kapak tangan.
Satu juta tahun lalu, manusia primitif mulai mencoba memanfaatkan api.
Sampai kemudian era 500.000 tahun lalu. Mulai periode ini, teknologi berkembang pesat, seiring dengan penemuan dan pemanfaatan mata tombak, api, manik-manik, dan panah.
Baca Juga: Peran Flutter dalam Perkembangan Digital di Era Revolusi Industri 4.0
Revolusi teknologi bukan hasil karya satu orang. Inovasi muncul di kelompok-kelompok yang berbeda: Homo sapiens modern, sapiens primitif, dan bahkan di kelompok manusia Neanderthal. Inovasi ini kemudian menyebar.
Baca juga:
- Ditemukan 'rumah hunian tertua di dunia' berusia dua juta tahun
- Ditemukan 'surga prasejarah' di Israel berusia 500.000 tahun
- Pahatan unta di Arab Saudi disebut 'relief hewan berskala besar tertua di dunia'
Banyak temuan-temuan penting ini terjadi secara unik: sekali saja. Ditemukan satu kali, lalu dibagikan ke yang lain.
Ini menunjukkan segelintir orang cerdas menemukan temuan-temuan besar.
Ujung tombak
Baca Juga: Semakin Maju, Ini Perkembangan Revolusi Industri 1.0 hingga 5.0
Sekitar 500.000 tahun lalu di kawasan Afrika bagian selatan, Homo sapiens primitif mengikatkan bilah batu yang runcing di ujung tombak kayu. Dan terciptalah ujung tombak.
Ini adalah temuan revolusioner dan tercatat sebagai alat komposit pertama dalam sejarah, alat yang menggabungkan dua komponen.
Penggunaan tombak dengan ujung batu runcing menyebar. Pada 300.000 tahun lalu, mata tombak diketahui digunakan di kawasan Afrika bagian timur dan Timur Tengah, kemudian pada 250.000 tahun lalu digunakan oleh manusia Neanderthal di Eropa.
Pola ini mengisyaratkan, ujung tombak menyebar secara gradual dari satu kelompok ke kelompok lain, dari Afrika ke Eropa.
Membuat api
Sekitar 400.000 tahun yang lalu, nenek moyang manusia di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa sudah memanfaatkan api.
Ini terjadi pada periode yang bersamaan, bukan acak, yang menunjukkan satu kelompok menemukan cara membuat api, kemudian cara ini tersebar dengan cepat.
Baca juga:
- Menelisik lukisan figur hewan tertua dunia yang ada di Indonesia - 'bukti kecerdasan nenek moyang'
- Perempuan misterius 7.200 tahun di Sulawesi, temuan terbaru yang 'menambah warna ras kepada Indonesia'
- Embrio dinosaurus yang 'terawetkan secara sempurna' ditemukan di China
Menjaga api agar tetap menyala relatif mudah. Yang sulit adalah bagaimana membuat api, dan ini mungkin kendala terbesar ketika itu.
Besar kemungkinan, pemanfaatan api menjadi meluas dengan penemuan metode fire-drill, yaitu memutar batang kayu ke kayu lain berkali-kali untuk memicu percikan api. Metode ini masih dipakai hingga saat ini.
Yang menarik, bukti tertua pemanfaatan api secara reguler ditemukan di Eropa, yang ketika itu banyak didiami oleh manusia Neanderthal.
Ini bukan mengejutkan karena ukuran otak mereka sama dengan otak kita. Mereka hidup di musim dingin yang panjang di Eropa. Mereka jauh lebih perlu api dibandingkan Homo sapiens di Afrika, yang hidup di kawasan yang lebih hangat.
Kapak
Di kawasan Afrika bagian tengah, sekitar 270.000 tahun yang lalu, kapak tangan mulai menghilang, digantikan dengan kapak seperti yang kita lihat sekarang.
Analisis terhadap guratan pada kapak yang ditemukan menunjukkan, kapak ini diikatkan pada pegangan kayu, membuatnya jauh lebih fungsional dan lebih bertenaga.
Kapak model ini dengan cepat menyebar dari Afrika, dibawa oleh manusia modern ke Semenanjung Arab, Australia, dan akhirnya merambah ke Eropa.
Perhiasan
Manik-manik tertua yang pernah ditemukan berusia 140.000 tahun.
Perhiasan yang ditemukan di Maroko ini berupa kulit siput yang dilubangi, kemudian ditata dan disatukan dengan benang.
Pada periode tersebut, Afrika bagian utara didiami oleh Homo sapiens, jadi disimpulkan manik-manik ini bukan dibuat oleh manusia modern.
Manik-manik kemudian muncul di Eropa sekitar 115.000 hingga 120.000 tahun yang lalu. Diketahui manusia Neanderthal mengenakan manik-manik.
Manusia modern di kawasan Afrika bagian selatan mengenakan perhiasan ini mulai sekitar 70.000 tahun yang lalu.
Busur dan anak panah
Anak panah mulai dipakai di Afrika selatan sekitar 70.000 tahun yang lalu, kemungkinan oleh nenek moyang orang-orang Bushmen, yang tinggal di kawasan ini selama 200.000 tahun.
Manusia modern di Afrika timur mulai mengadopsi busur 48.000 tahun yang lalu.
Delapan ribu tahun kemudian, busur dipakai oleh orang-orang di Eropa dan akhirnya menyebar ke Alaska dan Amerika 12.000 tahun yang lalu.
Manusia Neanderthal tak pernah mengadopsi busur dan anak panah.
Namun, jika mencermati garis waktu, ada kemungkinan Homo sapiens memakai panah untuk menghadapi orang-orang Neanderthal.
Bertukar teknologi
Bagaimana teknologi ini menyebar?
Kecil kemungkinannya orang-orang di zaman prasejarah melalukan perjalanan jauh melalui darat.
Orang-orang Afrika tidak bertemu langsung dengan orang-orang Neanderthal dari Eropa dan sebaliknya.
Yang terjadi adalah, teknologi dan juga gagasan membaur dan berpindah dari satu kelompok manusia ke kelompok atau suku lain, ke suku lainnya lagi, menjadikannya seperti alur yang menhubungkan Homo sapiens modern di Afrika selatan ke Afrika utara dan Afrika timur, dan kemudian sampai ke manusia Neanderthal di Eropa.
Konflik juga bisa memicu transfer teknologi: orang-orang mencuri atau merampas peralatan dan senjata milik kelompok atau suku lain.
Warga asli Amerika misalnya, memakai kuda setelah merampas binatang ini dari orang-orang Spanyol.
Yang lebih sering terjadi adalah, perpindahan atau pertukaran teknologi terjadi secara damai dan alamiah. Mudah dan aman.
Bahkan dewasa ini pun, para pemburu-pengumpul yang tak punya uang, melalukan barter dengan menukar madu untuk mendapatkan mata panah dari besi, seperti yang dilakukan anggota suku Hadzabe di Tanzania, Afrika.
Baca juga:
- Perempuan misterius 7.200 tahun di Sulawesi, temuan terbaru yang 'menambah warna ras kepada Indonesia'
- Temuan gigi berusia 48.000 tahun ungkap kawin silang manusia purba Neanderthal dan Homo sapien
Arkeologi menunjukkan perdagangan model ini sudah lama dilakukan.
Manik-manik yang terbuat dari kulit telur burung unta yang berusia 30.000 tahun ditemukan 300 kilometer jauhnya dari tempat manik-manik ini berasal.
Sekitar 200.000 hingga 300.000 tahun yang lalu, Homo sapiens di Afrika timur menggunakan peralatan berbahan batu obsidian yang diperoleh dari tempat yang jauhnya 50 hingga 150 kilometer, lebih jauh dari pengembaraan suku-suku pemburu-pengumpul modern.
Yang juga tak boleh kita lupakan adalah sifat manusia yang murah hati.
Alat dipertukarkan atau diberikan sebagai hadiah.
Hasil kerja tunggal
Ada banyak konflik di masa lalu -- seperti yang terjadi di era sekarang -- tetapi suku-suku juga bisa hidup damai dan harmonis, ditandai dengan perjanjian, perkawinan, dan persahabatan.
Dalam konteks ini, teknologi dengan mudah berpindah dari satu suku ke suku lain.
Pola yang terlihat di sini adalah: penemuan tunggal kemudian menyebar ke tempat-tempat lain.
Contohnya: busur dan anak panah. Besar kemungkinan panah ditemukan oleh orang-orang suku Bushmen yang cerdas. Kemudian menyebar dan diadopsi oleh orang-orang di Amerika, Eropa, Asia, dan Australia.
Panah punya peran penting dalam sejarah peradaban selama ribuan tahun karena ikut menentukan kelangsungan orang, suku, bahkan kekaisaran.
Ada inovasi yang ditemukan berulang, seperti metode pertanian, sistem kalender, piramida, matematika, dan cara menulis.
Namun ada juga yang ditemukan sekali sebelum kemudian dipakai secara luas, seperti panah atau serbuk senjata, mesin cetak, dan kompas.
Ada pula segelintir orang yang punya besar mendorong adopsi teknologi secara besar-besaran.
Mereka di antaranya adalah Steve Jobs, Thomas Edison, Nikola Tesla, Wright Bersaudara, James Watt, dan Archimedes.
Apa yang terjadi masa prasejarah berulang di era modern: satu orang bisa mengubah perjalanan sejarah.
*Artikel asli bisa dibaca di laman The Conversation: How a handful of prehistoric geniuses launched humanity's technological revolution.
Nicholas R. Longrich adalah guru besar ilmu paleontologi dan evolusi biologi Universitas Bath, Inggris