Pendeta Hindu Dipenjara Gegara Serukan Genosida Umat Muslim Di India

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 18 Januari 2022 | 09:30 WIB
Pendeta Hindu Dipenjara Gegara Serukan Genosida Umat Muslim Di India
Ilustrasi penjara (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pihak berwenang India mendakwa seorang biksu Hindu karena menghasut kekerasan berdasarkan agama setelah menyerukan “genosida” terhadap umat Muslim India pada sebuah pertemuan para pendukung sayap kanan, kata polisi hari Minggu (16/1/2022).

Menyadur laman VOA Indonesia, Selasa (18/1/2022), pejabat senior kepolisian India, Swatantra Kumar, mengatakan bahwa Yati Narsinghanand Giri, seorang pendukung vokal gerakan nasionalis sayap kanan yang juga mengepalai sebuah biara Hindu, awalnya ditangkap pada hari Sabtu (15/1) atas tuduhan membuat pernyataan yang menghina perempuan.

Keesokan harinya ia menghadiri persidangan di kota Haridwar, di mana ia dikirim ke penjara selama 14 hari karena ujaran kebencian terhadap Muslim dan menyerukan kekerasan terhadap mereka.

Kumar mengatakan, biksu Giri, yang ia gambarkan sebagai “pelanggar hukum berulang,” secara resmi didakwa hari Senin karena mempromosikan “permusuhan antar kelompok yang berbeda atas dasar agama,” dengan ancaman lima tahun penjara.

Baca Juga: Buruh Pabrik Pemasok iPhone di India Diberi Makanan Penuh Belatung dan Hidup Tak Layak

Desember lalu, Giri dan pemimpin keagamaan lainnya meminta umat Hindu mempersenjatai diri untuk “sebuah genosida” terhadap umat Muslim pada sebuah pertemuan di Haridwar, kota suci di negara bagian Uttarakhand, menurut pengaduan polisi.

Ia adalah orang kedua yang ditangkap dalam kasus tersebut setelah Mahkamah Agung India turun tangan pekan lalu.

Uttarakhand dikuasai oleh partai Hindu nasionalis yang menaungi Perdana Menteri Narendra Modi, Bharatiya Janata. Berkuasanya partai itu sejak 2014, ditambah kemenangan telaknya pada pemilu 2019, telah menyebabkan lonjakan serangan terhadap Muslim dan minoritas lainnya.

Hampir 14% warga India yang berjumlah 1,4 miliar orang adalah Muslim. Populasi India sendiri sebagian besar beragama Hindu yang sejak lama memproklamirkan diri berkarakter multikultural.

Konferensi selama tiga hari yang diorganisir oleh biksu Giri sendiri mengusung judul “Dharam Sansad” atau “Parlemen Agama”, menyusul meningkatnya ujaran kebencian anti-Muslim selama beberapa tahun. Pertemuan tertutup itu diwarnai berbagai seruan kekerasan yang sangat eksplisit.

Baca Juga: Ribuan Umat Hindu Ikuti Ritual di Sungai Gangga di Tengah Lonjakan Covid-19

Beragam video yang muncul dari acara tersebut menampilkan sejumlah biksu Hindu, yang beberapa di antaranya dekat dengan partai berkuasa, menyerukan umat Hindu patut membunuh umat Muslim.

“Jika 100 orang di antara kita siap membunuh dua juta orang dari mereka, maka kita akan menang dan menjadikan India negara Hindu,” kata Pooja Shakun Pandey, seorang pemimpin nasionalis Hindu, merujuk kepada populasi Muslim di negara itu. Seruan itu disambut tepuk tangan hadirin.

Pandey kini tengah diselidiki oleh polisi karena menghina keyakinan beragama.

Pada pertemuan itu, para biksu maupun pendukung, termasuk Giri, mengambil sumpah yang menyerukan pembunuhan terhadap mereka yang dianggap musuh agama Hindu.

Seruan kekerasan tersebut disambut amarah publik dan menuai kritik tajam dari mantan kepala militer, pensiunan hakim dan aktivis HAM. Mereka mempertanyakan sikap diam pemerintah Modi dan memperingatkan bahwa ujaran kebencian terhadap Muslim akan semakin parah seiring mendekatnya pemilu di beberapa negara bagian di India, termasuk Uttarakhand, pada Februari mendatang.

Pekan lalu, para mahasiswa dan fakultas di Institut Manajemen India – salah satu sekolah bisnis paling bergengsi di India – menyurati Modi, mengatakan bahwa kebisuannya “memperkuat” kebencian dan “mengancam persatuan dan integritas negara kita.”

Partai Modi pun menghadapi kritik tajam atas meningkatnya serangan terhadap Muslim beberapa tahun terakhir.

Para pemimpin oposisi dan kelompok-kelompok HAM telah menuduh partai tersebut mendorong aksi kekerasan oleh nasionalis Hindu garis keras terhadap Muslim dan minoritas lain. Tudingan itu dibantah oleh pihak partai. (Sumber: VOA Indonesia)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI