Suara.com - Hingga hari ini, polisi belum dapat mengungkap motif kekerasan yang menewaskan anggota TNI AD Pratu Sahdi. Sahdi dan dua rekannya diserang sekelompok orang pada Minggu dini hari.
Sahdi bersama dua rekannya sedang menikmati kopi di dekat Jalan Inspeksi Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Minggu (16/1/2022), dini hari.
Sahdi anggota Batalyon Infanteri Raider 303/Setia Sampai Mati Kostrad. Batalyon infanteri ini memiliki kualifikasi Raider. Markasnya di Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Dia datang ke Jakarta untuk keperluan pengobatan, kata polisi.
Baca Juga: Tewas Ditusuk, Pratu Sahdi Ternyata Anggota Pasukan Elit Kostrad
Entah kenapa saat kejadian, Sahdi berada di Jalan Inspeksi Waduk Pluit, hingga sekarang belum ada informasi yang valid.
Beberapa lelaki yang mengendarai sepeda motor mendatangi mereka. Mereka menanyakan sesuatu.
"Apakah kamu orang Kupang?" kata seorang pelaku.
Teman Sahdi, SM, mengatakan bahwa dirinya bukan orang Kupang, tapi Lampung.
Pelaku juga bertanya kepada Sahdi, namun tidak dijawab. Buntutnya terjadi ketegangan dan berujung duel.
Baca Juga: Anggota TNI AD Pratu Sahdi Tewas di Penjaringan, Polisi Tetapkan 1 Pelaku Jadi Tersangka
Salah satu pelaku yang mengenakan kaos hitam memiting Sahdi. Rekan pelaku yang memakai kaos biru secepat kilat menusuk Sahdi dengan senjata tajam sebanyak dua kali.
Sahdi bersimbah darah dan tumbang. Belakangan, Sahdi yang datang ke Jakarta untuk berobat itu meninggal dunia.
Dua rekan Sahdi, SM dan MS, juga diserang pelaku dengan senjata tajam.
Dada sebelah kanan dan punggung SM sobek. Sedangkan dua jari MS putus.
Para pelaku selanjutnya kabur.
Peristiwa yang dini hari itu disaksikan oleh sejumlah pedagang, sebagian di antaranya kemudian menjadi saksi di kepolisian.
Seorang saksi melihat korban yang bersimbah darah memegangi dada. Dia berjalan, dibawa rekannya.
Saksi tak tahu motif kekerasan itu. Yang dia lihat, "tahunya mereka datang, mencari seseorang. Nggak tahu siapa yang dicari."
Kapolres Metro Jakarta Utara Komisaris Besar Wibowo mengatakan Sahdi di Jakarta bukan untuk tugas.
"Kebetulan korban ini sedang berobat, terapi dan berada di Jakarta, sampai terjadi peristiwa tersebut," ujarnya.
Kasus kekerasan itu sekarang sudah dalam penyelidikan polisi.
Polisi menghimpun keterangan dari 11 saksi yang terdiri dari 10 warga sipil dan seorang anggota TNI, rekan korban.
Dari keterangan itu, polisi dapat meringkus tiga terduga pelaku.
Terduga pelaku yang ditangkap, di antaranya R. Dalam kekerasan itu, dia yang memiting Sahdi.
Tiga pelaku yang lain masih dalam pengejaran. Di antara mereka, B, yang berperan memukul serta menusuk Sahdi.
Apa motif kekerasan dini hari itu? Polisi masih menyelidikinya.
Kasus itu menjadi perhatian Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Dia mengatakan "kami ingin ada keadilan."
Andika mengatakan tim penyidik TNI berkoordinasi penyidik Polres Jakarta Utara untuk mengungkapnya.
“Kami terus memonitor. Sejauh ini kelihatannya sudah ada kemajuan, sudah ada tiga (pelaku) yang berhasil ditangkap, kita tinggal menunggu perkembangan. Intinya kami ingin ada keadilan, karena mereka melakukan tindak pidana yang menyebabkan anggota TNI AD dan secara umum menyebabkan orang lain tewas,” kata Andika.