Suara.com - International Media Support (IMS) dan Suara.com menggelar Lokakarya Keberlangsungan Bisnis untuk Media Lokal dari 13 hingga 15 Januari 2022 di Yogyakarta. Lokakarya bertajuk Start up for Media Start up (SMS) dihadiri enam media lokal dari berbagai daerah di Indonesia ini membahas berbagai langkah untuk menjaga keberlangsungan media lokal.
Saat ini, jumlah media online lokal berkembang sangat pesat. Jumlah bisa mencapai 100 kali lipat dari jumlah media cetak yang pernah ada di wilayah tersebut. Namun, kehadiran ratusan media lokal baru ini tidak dibarengi dengan pengelolaan secara profesional.
Media lokal ini bisa memproduksi konten yang baik, namun latar belakang para pendiri yang sebagian besar adalah jurnalis, membuat mereka memiliki keterbatasan pengetahuan tentang manajemen, bisnis, distribusi konten, pengembangan konten dan teknologi. Meski Dewan Pers memperkirakan ada 43 ribu media online, hanya sedikit yang dikelola secara professional.
Selain itu, keberlangsungan bisnis media lokal sangat penting untuk menjadi pusat informasi publik dan kontrol sosial bagi pemerintah lokal setelah banyak media konvensional lokal berguguran. Menurut Chief Operating Officer Suara.com, Suwarjono, perlu media baru menjadi pengganti yang selama ini dilakukan media konvensional lokal, khususnya media cetak lokal.
“Disrupsi media telah membawa dampak besar terhadap media lokal di Indonesia. Konten, produksi, distribusi hingga bisnis berubah, media tidak lagi menguasai hulu hingga hilir. Muncul fenomena homeless media. Banyak tantangan baru menghadapi raksasa platform digital. Ini menarik untuk dibahas dan menyiapkan diri menghadapi generasi baru pengakese media digital,” kata Suwarjono.
Program SMS
IMS melalui program Startup for Media Startup (SMS) bekerjasama dengan Suara.com untuk menyokong media lokal yang terancam ini. Melalui Lokakarya Keberlangsungan Bisnis, IMS dan Suara.com memberikan kunci-kunci materi agar media lokal bisa terus berlangsung bisnisnya, memiliki engagement yang baik dengan audiens, dan menguasai teknologi-teknologi yang lebih baik.
“Lokakarya ini bertujuan mendukung media lokal mengatasi tantangan paling signifikan yakni keberlanjutan finansial dan penurunan pembaca. Lokakarya ini akan meningkatkan keterampilan bisnis peserta,” kata Program Manager IMS Indonesia, Eva Danayanti, di sela-sela acara yang berlangsung di Artotel Bianti, Yogyakarta.
Lokakarya ini mengundang enam media lokal dari empat wilayah di Indonesia, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Salah satu media yang terlibat adalah Mangle, sebuah media lokal berbasis di Jawa Barat yang sedang melakukan transformasi digital.
IMS mengenalkan Enam Pilar Kemampuan Bisnis sebagai Theory of Change untuk memperkuat organisasi media. Enam pilar itu adalah audiens, konten & produk, kemampuan organisasi, bisnis, pemasukan, dan ekosistem.
“Pendekatan IMS dalam keberlangsungan bisnis adalah untuk menyalakan minat dan kemampuan dalam konteks lokal untuk menanggapi kebutuhan masa depan sehingga rekan media kami bisa lebih percaya diri dalam sisi bisnis. Kami menawarkan dukungan yang disesuaikan untuk kebutuhan mitra uuntuk tindakan-tindakan berarti yang bisa memaksimalkan teknologi untuk memanfaatkan kemajuan teknologi,” kata Clare Cook, Penasihat Bisnis Media, IMS, dalam presentasi yang disampaikan melalui pertemuan virtual langsung dari Inggris.
Tahu Audiens Anda
Lokakarya ini mendorong media lokal untuk memulai ikhtiarnya dengan focus pada pembangunan audiensi. Pengetahuan tentang audiens ini akan memperkuat operasi media. Memahami audiens akan membantu media membangun ikatan dengan pembaca atau pemirsa.
Emilie Lehmann Jacobsen, Penasihat IMS, menjelaskan tentang pentingnya mengetahui audiens ini melalui riset audiens. Riset audiens adalah untuk mengetahui siapa mereka yang membaca, mendengarkan, menyimak, atau mengakses konten. Riset juga bisa mengetahui kapan audiens mengakses konten, bagaimana konten diterima, apakah mereka tahu tentang konten, dan apa saja pengalaman mereka dengan konten.
“Riset audiens akan menolong Anda untuk tahu tiga elemen dasar, kesadaran (berapa banyak – dan siapa – tahu Anda?), jangkauan (berapa banyak – dan siapa – yang dijangkau?), dan kepercayaan (berapa banyak – dan siapa – yang mempercayai media Anda?). Ketiganya sendiri bisa menolong Anda untuk memahami di mana dia berposisi di pasar – dan laporan mana yang kamu harus bangun dengan audiens yang ada dan potensial di masa depan,” kata Emilie Lehmann Jacobsen.
Sementara Suara.com sendiri menekankan pada beberapa aspek yang harus lebih digali dari pendekatan Enam Pilar yakni pengembangan produk dan pemasukan. Suara.com mengerahkan beberapa ahli untuk berbicara kepada peserta lokakarya. Selain COO Suwarjono, Suara.com juga menghadirkan Dimas Sagita, Head of Social Media and Traffic Growth; Rendy Sadikin, Kepala Biro Yogyakarta Suara.com, dan Bram Bravo, Digital Ad Ops & Programmatic Manager. Juga hadir pakar branding Edy SR untuk menjelaskan mengenai pentingnya strategi branding pada media lokal.
Dimas Sagita menjelaskan media sosial dan aplikasi harus dimiliki dalam rangka membangun konten dan mendistribusikannya dengan lebih efektif. Secara umum, Dimas menyebutkan beberapa jalur distribusi konten mulai dari yang web-based seperti push notification, media social (Google, Facebook, YouTube, Instagram, TikTok, dan lain-lain) dan agregator.
“Agregator saat ini semakin ditinggalkan karena efektivitasnya dirasa semakin menurun, sementara platform seperti Google dan Facebook semakin efektif dalam menyebarkan konten dan di saat yang sama juga untuk meraih pemasukan,” kata Dimas.
Sementara Suwarjono menambahkan, tantangan pengelola media digital sangat besar. Ekosistem digital dan bisnis yang dikuasai platform, membuat pengelola media perlu memikirkan bisnis beyond media. “Saat ini muncul sumber-sumber revenue baru yang perlu diikuti. Dari iklan programmatic, revenue sharing dengan platform, hingga agregator. Juga model-model pendapatan dari layanan jasa, komunitas hingga data yang sangat beraneka ragam,” katanya.
Lokakarya ini akan ditutup dengan sesi rencana aksi untuk masing-masing media. Media lokal diharapkan bisa memikirkan rencana riset audiens, menentukan pilihan konten, memilih jalur distribusi yang sesuai, model bisnis yang pas, dan tentu, jalur pemasukan.