Suara.com - Apakah kalian sudah tahu kalau Imlek adalah hari raya umat Khonghucu? Jika belum, simak penjelasannya dalam artikel berikut ini.
Khonghucu sebagai agama yang diakui di Indonesia sebenarnya memiliki banyak hari raya dan salah satu di antaranya adalah Imlek. Penegasan bahwa Imlek adalah hari raya umat Khonghucu ini tertera dalam Keputusan Presiden yang saat itu ditandatangani oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Keppres No.6/2000 yang dirilis pada 17 Januari 2000 oleh Gus Dur menyatakan pencabutan Instruksi Presiden No.14/1967 tentang pembatasan Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina. Inpres tersebut dibuat oleh Presiden Soeharto.
Sebenarnya pada awal Indonesia merdeka, Presiden Soekarno juga telah menyatakan adanya Imlek. Hal itu tercantum dalam Penetapan Pemerintah tentang hari-hari raya umat beragama No.2/OEM-1946.
Baca Juga: Nggak Usah Beli! Ini Resep Kue Keranjang Mudah Dijamin Anti Gagal
Pasal 4 Penetapan Pemerintah itu disebutkan ada 4 hari raya orang Tionghoa yaitu Tahun Baru Imlek, hari wafatnya Khonghucu ( tanggal 18 bulan 2 Imlek), Ceng Beng dan hari lahirnya Khonghucu (tanggal 27 bulan 2 Imlek).
Imlek pun kemudian ditetapkan pemerintah sebagai hari libur nasional lebih condong karena hari raya umat Khonghucu. Sebagaimana tercantum dalam Keppres Nomor 19 Tahun 2002 yang diterbitkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.
Dilansir dari tionghoa.info, sebenarnya pengambilan keputusan mengenai Imlek sebagai hari raya agama ini sedikit berbau perpolitikan. Sebab, hari libur nasional umumnya ditetapkan berdasarkan hari raya agama seperti, Idul Fitri, Natal, Waisak dan Nyepi.
Imlek menjadi hari libur nasional bukan karena tahun baru etnis Tionghoa, juga agar mengantisipasi kecemburuan etnis lain di Indonesia. Sebab jumlah kelompok etnis di Indonesia sangat banyak dan tidak hanya Tionghoa.
Imlek sebagai Hari Raya Khonghucu
Bagi pemeluk ajaran agama Khonghucu ketika Imlek tidak hanya dirayakan dengan berkumpul dengan keluarga atau bagi-bagi angpao saja. Tapi juga beribadah atau sembahyang di Klenteng.
Dilansir tridharma.or.id, bagi masyarakat Tionghoa yang masih memegang kepercayaan leluhur yaitu Agama Hua, Imlek bukanlah sebuah tradisi semata. Imlek menjadi hari besar yang lekat dengan unsur agama dan ritual.
Ritual agama saat Imlek ditandai dengan Sembahyang Toapekong Naik / Cao Kun Kong atau Dewa Dapur pada tanggal 24 bulan 12 penanggalan Imlek atau Cap Ji Gwee Ji Sih. Umat Konghucu melakukan persembahyangan kepada Dewa Dapur yang akan menghadap ke Giok Hong Siang Tee.
Sembahyang menyambut Imlek telah dimulai sehari sebelumnya. Mereka bersembahyang kepada Thian, Para Sin Beng, Dewa Dewi di Kelenteng. Lalu saat hari Imlek tiba, umat Konghucu mulai dengan melakukan persembahyangan di altar rumah dan meja abu leluhur. Setelah itu barulah mengucapkan selamat tahun baru Imlek kepada keluarga.
Ritual berikutnya adalah Cia Gwee Ce Sih. Empat hari setelah Imlek, umat Konghucu kembali melakukan sembahyang dengan maksud menyambut kembali kedatangan Cao Kun Kong (Dewa Dapur).
Pada hari kesembilan setelah tahun baru Imlek (Cia Gwee Ce Kauw), umat Konghucu bersembahyang untuk mengucap syukur kepada Thian Tikong dengan berharap agar dapat menjalani hidup lebih baik lagi di tahun yang baru.
Ritual ini ditutup pada hari ke 15 setelah Imlek yang biasa kita kenal dengan nama Cap Go Meh. Sembahyang saat itu bertujuan mengucapkan terimakasih kepada Dewa dan minta diberkati untuk memulai kehidupan baru.
Imlek sebagai Tahun Baru
Secara umum, Imlek memang dirayakan sebagai tahun baru masyarakat Tionghoa atau mereka yang memiliki keturunan Cina. Bahkan orang yang memeluk agama selain Konghucu sekalipun jika masih "berdarah" Tionghoa juga sering ikut merayakan Imlek.
Menurut Go Fee Mong Pengasuh Sekolah Minggu Khonghucu dalam tulisan yang diterbitkan di kemenag.go.id, Tahun Baru Imlek adalah Tahun Baru pada penanggalan petani (nongli/Kongzi li). Ya, imlek berkaitan erat dengan kehidupan petani dalam masyarakat Cina.
Sebenarnya, Imlek menjadi tanda peristiwa alam yang menunjukan perubahan cuaca dari musim dingin berganti menjadi musim semi. Sebagaimana dikatakan Oktavia Sanjaya dalam karyanya "Fungsi Dan Makna Penyambutan Hari Raya Imlek Pada Masyarakat Etnis Tionghoa".
Perubahan cuaca tersebut dimanfaatkan oleh petani china untuk bercocok tanam, sehingga petani dapat memiliki nilai ekonomi dari perubahan cuaca tersebut.
Dalam istilah internasional, Imlek juga disebut chinese new year atau lunar new year. Karena memang umumnya diakui sebagai tahun baru etnis Tionghoa, bukan Buddhist New Year ataupun Konghucu New Year.
Perlu kalian ketahui dalam dialek Hokkian, Imlek juga berarti kalender bulan. Istilah Imlek berasal dari kata "Im" yang bermakna bulan (lunar), sementara "Lek" artinya kalender.
Sedangkan dalam dialek Mandarin, Imlek disebut YINLI yang artinya tahun baru berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi. Itulah sebabnya, ucapan "Selamat Imlek" saja tidak tepat yang seharusnya "Selamat Tahun Baru Imlek".
Imlek sebagai tahun baru China atau tahun baru etnis Tionghoa akan berkaitan dengan segala tradisi perayaan dan kemeriahan. Misalnya, berbagi angpao, menyiapkan kue keranjang, berkumpul dengan keluarga, tarian barongsai hingga kembang api.
Sekarang sudah jelas, bukan? Imlek adalah hari raya umat Khonghucu, di samping pula tahun baru untuk etnis Tionghoa atau orang yang memiliki keturunan Cina.