Suara.com - Lurah Pondok Bambu, Asianti Yasmuarsih, angkat bicara terkait warganya di RT 9 RW 10 yang menembok jalan sebagai bentuk protes karena tidak ada solusi terkait banjir yang kerap kali melanda tempat tinggal mereka.
Asianti mengatakan saat ini pihaknya sedang berkoordinasi dengan pihak Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
"Kelurahan sudah mengkoordinasi ke pihak SDA, saat ini kami masih menunggu hasil dari kasatpel SDA Kecamatan Duren Sawit," kata Asianti saat dihubungi Suara.com, Kamis (13/1/2022).
Terkait tembok yang dibangun warga hingga menutup akses antara Jalan Kejaksaan dengan Jalan Teluk Tomini, Asianti mengklaim pihaknya sedang melakukan mediasi.
Baca Juga: Protes Tak Dapat Solusi Banjir dari Pemprov DKI, Warga Pondok Bambu Beton Jalanan jadi Tanggul
"Saat ini sedang tahap mediasi, yang sebelumnya sudah dilakukan cek lokasi," ungkapnya.
Sebelumnya Alex, salah satu warga RT 09 RW 10 Kelurahan Pondok Bambu, Jakarta Timur, mengatakan sejak 2018 mereka sudah beberapa kali melayangkan protes ke Kelurahan dan Kecamatan setempat, namun tak kunjung mendapatkan solusi..
Jawabannya pun hampir sama dengan pernyataannya Asianti di atas.
"Cuma survei-survei doang dari kelurahan, dari kecamatan solusinya enggak ada. Akhirnya dibuat tanggul untuk mengurangi air dari sana ke sini (dari Jalan Kejaksaan ke Jalan Teluk Tomini)," ujar Alex.
Alex mengatakan, tembok itu telah dibangun sejak dua minggu lalu. Dia mengungkapkan tidak masalah jika nanti tembok tersebut dibongkar asal ada solusi dari pemerintah.
Baca Juga: Kerugian Akibat Banjir dan Tanah Longsor di Kota Jayapura Capai Rp50 Miliar
"Itu maksudnya, kalau sudah ada solusi dibongkar enggak apa-apa. Karena kalau sudah banjir jangankan motor mobil aja enggak bisa masuk," kata Alex.
Banjir yang meggenangi kawasan tempat tinggal Alex, akibat luapan aliran kali yang berada di tengah kompleks.
Di bagian ujung, kali mengalami penyempitan sehingga membuat air tidak mengalir. Terlebih rumah-rumah di Jalan Teluk Tomini berada di permukaan tanah yang lebih rendah. Karenanya mereka meminta pemerintah memperlebar aliran kali di bagian ujung.
Saat banjir terjadi, ketinggian permukaan airnya bisa mencapai sekitar 50 centimeter. Namun, setelah adanya tembok setinggi sekitar 50 centimeter tersebut, ketinggian menjadi air sekitar 7 centimeter saat banjir terjadi.
"Terbukti semalam ya, air nya tergenang di situ. Di sini segini (semata kaki) disana sedengkul (sekitar 30 centimeter)," ungkap Alex.
Ia menyebut dengan adanya tembok tersebut sejumlah warga memang sudah mengeluh. Meskipun selama ini akes Jalan Kejaksaan menuju Jalan Teluk Tomini selalu diporltal (tidak dapat dilalui).
"Memang inikan fasilitas umum, kami menyadari, tapi dia (warga yang protes) enggak tahu maksudnya ini ditembok apa," ujar Alex.