Suara.com - Publik dibuat geram dengan video viral seorang pria menendang sesajen di kawasan Gunung Semeru, Jawa Timur. Aksi tersebut menuai kecaman dari banyak pihak.
Adapun menaruh sesajen tersebut merupakan tradisi yang masih dipegang oleh warga sekitar. Harapan warga agar diberikan keselamatan dan Gunung Semeru tidak erupsi kembali.
Warga yang mengetahui indiden pembuangan sesajen tersebut langsung melaporkannya ke pihak kepolisian. Sebab, banyak warga yang murka dengan aksi pria dalam video dan meminta kepolisian turun tangan agar tak menimbulkan keributan.
Berikut Suara.com merangkum 5 fakta video viral pria tendang sesajen di Gunung Semeru.
Baca Juga: Pria Rayakan Ulang Tahun dengan Dua Anjing Kesayangan, 'Nggak Kuat, Banjir Air Mata'
1. Viral di Media Sosial
Aksi pria menendang sesajen tersebut terjadi di kawasan Gunung Semeru, tepatnya di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Rekaman video memperlihatkan daerah terdampak letusan Gunung Semeru. Lalu pria perekam video itu menyorot kaki seorang laki-laki yang menendang sebuah baskom berwarna biru.
Baskom yang berisikan sajen dari warga setempat itu lalu ditendang dan dibuang ke tepi jurang. Pria itu diduga menendang sambil melafalkan takbir.
Setelah itu, kamera pun menyorot lingkungan sekitar dan seorang laki-laki menggunakan baju abu-abu berompi hitam yang diduga sebagai orang yang menendang sesajen tadi.
Baca Juga: Sebut Merendahkan Umat Lain, MUI Kecam Video Pria Tendang Sesajen
Lalu, sang perekam pergi ke tempat lain. Kali ini, di atas sebuah batu yang diduga sebuah prasasti terlihat sebuah sajen lain beralaskan anyaman dari dedaunan.
Lagi-lagi sajen itu dibuang dari atas batu dan dijatuhkan ke tanah berserakan begitu saja. Pelaku pembuangan kali ini, diduga dilakukan oleh sang perekam video itu sendiri.
2. Bukan Warga Lokal
Bupati Lumajang, Thoriqul Haq menyebut pelaku penendang sesajen di Gunung Semeru bukanlah warga lokal Lumajang. Ia menduga pelaku merupakan orang luar yang sedang menjadi relawan di Gunung Semeru.
"Saya pastikan (pelaku) bukan orang Lumajang. Ini orang yang datang dari luar," ujar Thoriqul.
3. Instruksi Bupati Lumajang
Bupati Lumajang, Thoriqul Haq menginsintruksikan agar kepolisian segera menangkap pelaku penendang sesajen di Gunung Semeru. Ia meminta agar pelaku menjelaskan maksud tindakannya membuang sesajen yang merupakan adat warga sekitar.
"Saya minta segera dicari, pelaku harus mengklarifikasi supaya tidak mengganggu kami yang ada di Lumajang disaat damai ini," ungkapnya.
Menurutnya, aksi tersebut bertolak belakang dengan norma yang berlaku di Lumajang. Seharusnya siapapun yang datang ke Lumajang bisa menghormati adat istiadat warga lokal.
"Apapun motifnya, jadi bagian relawan di Lumajang, saya kecewa dengan tindakan itu. Itu melanggar tata nilai yang kami percayai, hidup berdampingan dengan seluruh agama dan suku di Lumajang," tuturnya.
4. Bentuk Tim Khusus Buru Pelaku
Polda Jawa Timur membentuk tim khusus untuk memburu pria yang menendang sesajen di kawasan Gunung Semeru.
Pasalnya, video yang viral di media sosial tersebut memuat isu SARA yang berpotensi memecah belah masyarakat.
"Karena kan selama ini Lumajang sudah mulai damai, mulai aman, mulai bagus. Jangan sampai dirusak dengan adanya video-video yang mengandung SARA dan kita harus menghormati kearifan lokal daerah situ," ujar Kabid Humas Pilda Jatim Kombes Gatot Repli Handoko.
5. Dikecam Para Tokoh dan Ulama
Aksi pria menendang sesajen di Gunung Semeru menuai kecaman dari publik. Para tokoh dan ulama juga ikut bersuara atas aksi pria tersebut.
Salah satunya putri mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Alissa Wahid ikut angkat bicara. Ia geram dengan pelaku yang memaksakan keyakinan yang ia yakinkan untuk diikuti oleh semua orang.
"Meyakini bahwa sesajen tidak boleh, monggo saja. Tapi memaksakan itu kepada yang meyakininya, itu yang tidak boleh," ujarnya.
"Repot memang kalau ketemu yang model-model begini. Susah banget memahami bahwa dunia bukan milik kelompoknya saja," imbuhnya.
Selain itu, pendakwah Gus Miftah juga ikut mengecam aksi tersebut. Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji itu mengingatkan agar siapapun tidak merasa paling benar.
"'Desa mawa cara, negara mawa tata'. Setiap daerah memiliki adat istiadat atau aturan yang berbeda. "Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka." Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka," ungkapnya.
Itulah kumpulan fakta pria menendang sesajen di Gunung Semeru yang viral di media sosial.