Suara.com - Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera turut angkat bicara mengenai dileburnya lembaga riset kedalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Melansir Wartaekonomi.co.id -- jaringan Suara.com, Mardani Ali Sera menilai bahwa peleburan lembaga-lembaga riset menjadi BRIN merupakan malapetaka yang berefek lebih besar dari bencana alam.
Mardani Ali Sera menilai, tak pernah ada cerita peneliti dan akademisi hidup dalam birokrasi.
"Menyatukan lembaga-lembaga itu ke dalam satu institusi besar itu adalah pembunuhan besar-besaran," ujarnya dalam diskusi 'Jokowi Obral Jabatan Wakil Menteri vs Reformasi Birokrasi', Jumat (7/1/2022).
Baca Juga: Megawati Dinilai Tak Pantas Jadi Ketua Dewan Pengarah BRIN, Harusnya Jokowi Langsung
Peneliti dan akademisi dinilai hidup dalam dunia yang memiliki ide dan gagasan besar untuk melakukan lompatan jauh.
Ide dan gagasan itu akan terbelenggu di dalam dunia birokrasi yang penuh dengan urusan administrasi.
"Sekarang mau direduksi ke dalam dunia yang sifatnya administratif? Tentu tidak bisa," ungkapnya.
Mardani mengatakan bahwa hal tersebut dapat terjadi karena birokrasi di Indonesia dipimpin oleh kaderisasi yang buruk.
"Kepemimpinan para birokrat ini tak ada. Akhirnya, terjadilah pemborosan yang luar biasa," katanya.
Baca Juga: 7 Artis Jadi Politisi yang Tuai Kontroversi: Giring hingga Narji
Politisi PKS itu mengingatkan bahwa Pendiri Institut Eijkman, Christian Eijkman, adalah ilmuwan peraih Nobel pertama dari Indonesia karena temuan terkait penyakit beri-beri.
"Walaupun dia WN Belanda, tetapi kontribusinya besar untuk negara ini. Sekarang, semua itu habis karena kepemimpinan di birokrasi diserahkan kepada yang bukan ahlinya," tuturnya.