Lembaga Eijkman Dilebur Ke BRIN, Bagaimana Nasib Vaksin Merah Putih?

Senin, 03 Januari 2022 | 11:35 WIB
Lembaga Eijkman Dilebur Ke BRIN, Bagaimana Nasib Vaksin Merah Putih?
Peneliti meriset pembuatan vaksin Merah Putih di salah satu laboratorium PT Bio Farma (Persero), Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS Mulyanto meminta pemerintah menjamin keberlanjutan riset vaksin Merah Putih di tengah kebijakan melebur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dengan peleburan itu, status kelembagaan Eijkman ikut berubah menjadi Pusat Riset Bio Molekuker (PRBM) Eijkman.

Proses riset vaksin Merah Putih harus dipastikan terap berlanjut. Sebab, kata Mulyanto, riset vaksin Merah Putih merupakan amanah rakyat Indonesia dalam hal penanggulangan Covid-19.

Karena itu, upaya riset vaksin buatan dalam negeri itu jangan sampai terhenti hanya karena terjadi perubahan status kelembagaan.

Baca Juga: Eks Kepala Eijkman: Dengan Berat Hati Kami Hentikan Tes PCR Dan Uji WGS

"Pemerintah jangan gegabah, perlu memikirkan soal ini secara seksama. Jangan sampai program strategis yang menjadi amanat PRBM Eijkman. Misalnya, untuk mengembangkan riset vaksin Merah Putih menjadi mandeg atau terbengkalai," kata Mulyanto kepada wartawan, Senin (3/1/2022).

Diketahui, peleburan Eijkman itu juga berdampak terhadap pengurangan SDM. Mulyanto khawatir adanya pemberhentian terhadap para saintis atau peneliti, ditambah pemindahan laboratorium PRBM Eijkman jauh dari RSCM/FKUI, akan menimbulkan masalah. Terutama masalah untuk kelanjutan riset vaksin Merah Putih.

Mulyanto berujar, tidak mudah mencari pengganti para saintis tersebut dalam waktu singkat. Begitu pula posisi laboratorium yang strategis dekat dengan rumah sakit dan fakultas kedokteran.

"Ini akan membuat jadwal produksi Vaksin Merah Putih Eijkman semakin molor," katanya.

Dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Konsorsium Riset Covid-19 bahwa riset vaksin Merah Putih yang dimotori PRBM Eijkman dan Bio Farma mundur dari jadwal semula. Pemunduran itu lantaran Bio Farma tidak siap untuk memproduksi vaksin berbasis protein rekombinan mamalia dan hanya siap apabila vaksin yang dikembangkan berbasis protein rekombinan ragi (yeast).

Baca Juga: Lembaga Eijkman Dilebur ke BRIN, Legislator PAN Wanti-wanti Soal Ini

Sementara itu, dalam kunjungan kerja Komisi VII ke Bio Farma diketahui bahwa seed vaksin yang disiapkan PRBM Eijkman belum optimal untuk dikultivasi dan dimurnikan sehingga perlu diteliti ulang oleh PRBM Eijkman.

Peleburan kelembagaan PRBM Eijkman berpotensi membuat pengembangan vaksin Merah Putih ini menjadi semakin tidak menentu nasibnya.

"Karenanya pemerintah harus segera menjelaskan duduk-perkara soal ini kepada publik. Agar harapan publik terhadap produksi Vaksin Merah Putih dari PRBM Eijkman ini tidak sekedar menjadi pepesan kosong," ujar Mulyanto.

Adapun pemerintah melalui Konsorsium Riset Covid-19 mengembangkan 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dijalankan oleh 6 lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni PRBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM. Tercepat, Eijkman bekerja sama dengan BUMN Bio Farma.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI