Suara.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal TNI Suharyanto mengatakan, pihaknya mencatat bencana yang terjadi sepanjang 2021 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebanyak 34% atau terdapat 3.058 kejadian.
Angka tersebut kata Suharyanto merupakan yang terendah dalam 3 tahun terakhir.
"Bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan cuaca ekstrim masih mendominasi dengan total kejadian sebanyak 2.702," ujar Suharyanto dalam keterangannya.
Menurut Suharyanto, dilihat dari distribusi spasial lokasi kejadian, Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah merupakan 3 provinsi teratas yang paling sering terjadi bencana. Karenanya perlu menjadi perhatian dalam upaya pengurangan risiko bencana.
"Pemerintah daerah di tiga daerah tersebut perlu memberikan perhatian yang lebih besar dalam upaya pengurangan risiko bencana," kata Suharyanto.
Dalam satu tahun ke belakang, ada beberapa pelajaran yang dapat diambil pasca-bencana yang terjadi di Tanah Air.
Di awal tahun misalnya, gempa di Mamuju, Malang, Blitar, Jember, dan Flores memberikan pembelajaran untuk mitigasi risiko gempa lebih dini.
Suharyanto menyampaikan, mitigasi risiko gempa hanya dapat dilakukan dengan penguatan bangunan, baik itu rumah warga, maupun fasilitas publik. Penguatan bangunan ini, khususnya rumah masyarakat harus mengedepankan cara yang praktis dengan biaya terjangkau.
Selanjutnya untuk bencana longsor di Sumedang dan siklon tropis di NTT, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 itu mengimbau kepada stakeholder dan masyarakat untuk tidak membangun pemukiman di lahan kritis.
Baca Juga: Ingatkan Bencana Ekologis, DPR: Perpindahan IKN Harus Berdasarkan Kajian Mendalam
Pembangunan kawasan juga harus mengacu kepada tata ruang yang berbasisi mitigasi bencana.