Imam juga tidak mengesampingkan bahwa dalam dunia politik selalu ada peluang.
Klaim politik, kata dia, biasanya digunakan untuk menaikkan daya tawar politik tokoh atau organisasi. "Kalau itu benar, itu bisa jadi untuk negosiasisi politik."
Peluang 212 kecil
Dalam sebuah wawancara yang linknya dikirimkan kepada Suara.com, Imam mengatakan prospek kelompok 212 dan ceruk massanya dalam pemilu 2024 tidak terlalu besar, meskipun untuk membuktikannya dibutuhkan survei.
"Saya kira tidak sampai lima persen, kalau sampai lima persen itu berarti sudah seperti partai kekuatannya. Yang saya tahu belum ada survei sebanyak berapa dari jumlah simpatisan 212."
Mengutip ucapan Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif bahwa simpatisan kelompok 212 banyak berasal dari ormas Islam lainnya dan menurut Imam itu berarti belum tentu semua simpatisan mengikuti fatwa PA 212.
"Tentu dari para simpatisan ini juga akan melihat fatwa dari setiap ormas yang mereka ikuti sehingga kalau PA 212 misal membuat fatwa politik, saya tidak yakin para simpatisan 100 persen akan mengikuti fatwa PA 212 karena mereka juga mengikuti referensi ormas yang selama ini mereka ikuti."
"Artinya apa, prospek di 2024, tentu saja peran tentu saja punya, karena bagaimanapun memiliki massa, tetapi kalau kemudian dibilang signifikan, saya tidak begitu yakin."
Yang dapat dilakukan PA 212, menurut Imam, bekerjasama dengan kekuatan kekuatan politik formal untuk menyambungkan aspirasi mereka dalam proses legislasi sehingga bisa menjadi kebijakan di DPR.
Baca Juga: Bantah FPI Bubar, Novel Bamukmin Sebut FPI Terlahir Kembali