Suara.com - Belum ada tokoh kuat yang dapat maju menjadi calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilu 2024 dari lingkaran Persaudaraan Alumni 212, kata Direktur Indo Strategi Research and Consulting Arif Nurul Imam.
Kelompok 212 memang memiliki tokoh, namun menurut Imam, "Ketokohannya belum pada level maju pada bursa capres atau cawapres."
Kekuatan dukungan politik yang dimiliki 212 dinilai belum teruji dan hal itu dibuktikan pada pemilu presiden tahun 2019.
Pada pemilu 2019, mereka mendukung Prabowo Subianto, tetapi kalah oleh pasangan Joko Widodo - Maruf Amin, padahal dukungan juga datang dari eksponen 212 yang lain.
Baca Juga: Bantah FPI Bubar, Novel Bamukmin Sebut FPI Terlahir Kembali
"Peluangnya kecil. Paling (yang bisa dilakukan) dukung kandidat yang memiliki kedekatan dan kontrak politik."
Dalam wawancara dengan Suara.com sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal PA 212 Novel Bamukmin mengeklaim mayoritas pendukung gerakan 212 yang disebutnya sekitar 13 juta orang -- merujuk aksi tahun 2018 -- akan memberikan dukungan kepadanya di pemilu 2024.
Untuk membuktikan perkataannya, Novel Bamukmin mengaku siap disurvei dan dibandingkan dengan tingkat keterpilihan tokoh politik yang lain.
Dia mengaku sering menanyai jamaah yang mengikuti acara tablig akbar atau ceramahnya.
"Semuanya pilih saya dan nggak mungkin masa 212 pilih Giring, LBP, Ahok, Airlangga, Grace Natalie, Viktor Laiskodat, Puan Maharani, Ganjar , Ridwan Kamil atau siapapun capres dan cawapres yang pernah masuk namanya di lembaga survei manapun dalam kelompok rezim ini nggak akan dipilih oleh masa spirit 212."
Baca Juga: Sebut FPI Bangkit Lagi Meski Sudah Dibubarkan, Novel Bamukmin: Selalu Jadi yang Terdepan
Menurut Imam, siapapun tokoh bisa membuat klaim politik.
Imam juga tidak mengesampingkan bahwa dalam dunia politik selalu ada peluang.
Klaim politik, kata dia, biasanya digunakan untuk menaikkan daya tawar politik tokoh atau organisasi. "Kalau itu benar, itu bisa jadi untuk negosiasisi politik."
Peluang 212 kecil
Dalam sebuah wawancara yang linknya dikirimkan kepada Suara.com, Imam mengatakan prospek kelompok 212 dan ceruk massanya dalam pemilu 2024 tidak terlalu besar, meskipun untuk membuktikannya dibutuhkan survei.
"Saya kira tidak sampai lima persen, kalau sampai lima persen itu berarti sudah seperti partai kekuatannya. Yang saya tahu belum ada survei sebanyak berapa dari jumlah simpatisan 212."
Mengutip ucapan Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif bahwa simpatisan kelompok 212 banyak berasal dari ormas Islam lainnya dan menurut Imam itu berarti belum tentu semua simpatisan mengikuti fatwa PA 212.
"Tentu dari para simpatisan ini juga akan melihat fatwa dari setiap ormas yang mereka ikuti sehingga kalau PA 212 misal membuat fatwa politik, saya tidak yakin para simpatisan 100 persen akan mengikuti fatwa PA 212 karena mereka juga mengikuti referensi ormas yang selama ini mereka ikuti."
"Artinya apa, prospek di 2024, tentu saja peran tentu saja punya, karena bagaimanapun memiliki massa, tetapi kalau kemudian dibilang signifikan, saya tidak begitu yakin."
Yang dapat dilakukan PA 212, menurut Imam, bekerjasama dengan kekuatan kekuatan politik formal untuk menyambungkan aspirasi mereka dalam proses legislasi sehingga bisa menjadi kebijakan di DPR.