DN Aidit Diberi Gelar Ketua Kehormatan Ilmu Pengetahuan RRC

Kamis, 30 Desember 2021 | 10:42 WIB
DN Aidit Diberi Gelar Ketua Kehormatan Ilmu Pengetahuan RRC
DN Aidit kanan dan Mao Zedong kiri (twitter.com/RomitsuT)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Potret lawas DN Aidit yang tengah mengunjungi Beijin, China muncul di media sosial. Pada video tersebut terlihat DN Aidit bersama rombongan baru turun dari dari pesawat untuk bertemu para petinggi China.

"Pada tanggah 5 Agustus 1965, DN Aidit dan rombongannya berkunjung di Beijing, mereka disambut hangat oleh para petinggi China," ujar pria dalam video.

"Rakyat China pu menyambutnya dengan meriah dan penuh kebahagiaan," tambahnya.

Dalam video yang diunggah oleh akun Twitter @romitsuT itu, Aidit berpelukan dengan para petinggi China kala itu mulai dari Perdana Menteri Zhou Enlai, Menteri luar negeri Chen Yi, dan beberapa kamerad.

Baca Juga: Eks Kapolsek Sepatan Ditahan, Penahanan Richard Lee Ditangguhkan

DN Aidit dan Perdana Menteri China (twitter.com/RomitsuT)
DN Aidit dan Perdana Menteri China (twitter.com/RomitsuT)

"DN Aidit itu selevel dengan Mao Zedong dan J. Stalin," tulis akun tersebut.

"Aidit 1963 diangkat menjadi Ketua Kehornatan Lembaga Ilmu Pengetahuan RRC dan panggilannya menjadi 'Kawan Aidit Yang Bijaksana'," imbuhnya.

Profil DN Aidit

Dipa Nusantara Aidit atau lebih akrab dikenal sebagai DN Aidit adalah ketua umum Partai Komunis Indonesia (PKI).

Di bawah kepemimpinanya, PKI menjadi salah satu partai tersbesar di negara Indonesia. Pria kelahiran 30 Juli 1923 ini dituduh sebagai dalang peristiwa besar G30S/ PKI.

Baca Juga: Unggahan Fadly Faisal Diduga Menyinggung Doddy Sudrajat: Being Cool is Never Complain

Njoto (kanan berkacamata) dan Ketua CC PKI DN Aidit. [Dok. majalah Life]
Njoto (kanan berkacamata) dan Ketua CC PKI DN Aidit. [Dok. majalah Life]

Namun sampai wafatnya belum ada keterangan pasti yang menyatakan bahwa D.N Aidit yang mendalangi peristiwa mengerikan tersebut.

Meskipun demikian, sejumlah peneliti dan sejarawan menyebutkan berbagai versi lain terkait peristiwa itu.

Ada yang mengungkapkan bahwa kejadian itu merupakan konflik internal Angkatan Darat, lalu operasi intelijen asing, keterlibatan Soeharto hingga Sukarno.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI