Suara.com - Pemerintah India menolak memperbarui lisensi pendanaan asing untuk badan amal yang didirikan oleh Bunda Teresa.
Misionaris Cinta Kasih memiliki ribuan biarawati yang mengawasi berbagai kegiatan amal seperti rumah bagi anak-anak terlantar, sekolah, klinik, dan panti jompo.
Di Hari Natal, Kementerian Dalam Negeri India mengumumkan tidak memperbarui pendaftaran karena "masukan yang merugikan".
Kelompok garis keras Hindu telah lama menuduh bahwa badan amal itu menggunakan programnya untuk melakukan Kristenisasi.
Baca Juga: Bunda Teresa, Sosoknya di Mata Keponakan
Badan amal itu membantah tuduhan tersebut.
Baca juga:
- Sari putih bercorak garis biru milik Bunda Teresa dapat merek dagang
- Kelompok kanan Hindu larang perayaan Natal di sekolah-sekolah India
- Pria Muslim India dituduh 'berjihad menggunakan cinta' karena ingin jadikan perempuan Hindu mualaf,
Dalam sebuah pernyataan pada Senin (27/12), Misionaris Cinta Kasih mengonfirmasi bahwa permohonan pembaruan lisensi pendanaan asing telah ditolak, dan pemerintah India tidak akan membuka rekening pendanaan asing "sampai masalah tersebut diselesaikan".
Sebelumnya, Kepala Menteri Bengal Barat, Mamata Banerjee, menuai kritik setelah mencuit bahwa pemerintah telah membekukan rekening bank badan amal itu. Tetapi pemerintah dan negara bagian itu membantah bahwa akun-akun badan amal itu sudah dibekukan.
Badan amal yang berbasis di Kolkata ini didirikan pada 1950 oleh Bunda Teresa, seorang biarawati Katolik Roma yang pindah ke India dari negara asalnya, Makedonia.
Baca Juga: Lindsay Lohan Ucapkan Selamat Lebaran, Kutip Ucapan Bunda Teresa
Lembaga tersebut adalah salah satu badan amal Katolik paling terkenal di dunia.
Bunda Teresa dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 1979 untuk aktivitas kemanusiaannya.
Dia ditahbiskan sebagai santa atau orang suci pada September 2016 oleh Paus Fransiskus, 19 tahun setelah kematiannya.
Pemerintahan Presiden Narendra Modi telah berusaha mencari-cari alasan untuk membekukan dana asing untuk lembaga amal dan LSM lain yang berbasis di India.
Tahun lalu, kebijakan pembatasan itu menyebabkan adanya pembekuan rekening bank milik LSM Greenpeace dan Amnesty International.
Ada juga sejumlah serangan terhadap kelompok minoritas agama di seluruh India.
Menurut Evangelical Fellowship of India, serangan paling menonjol terjadi di negara bagian Karnataka di wilayah selatan. Terdapat hampir 40 laporan tentang ancaman atau kekerasan mengemuka.
Kelompok-kelompok garis keras Hindu, yang acap main hakim sendiri, mengganggu perayaan Natal di beberapa bagian negara tahun ini, memprotes di luar pertemuan keagamaan, dan merusak sebuah gereja di India utara.
Mayoritas penduduk India beragama Hindu. Tetapi ada sekitar 24 juta orang Kristen di negara ini - sekitar 2% dari populasi - dan merupakan rumah bagi komunitas Katolik terbesar kedua di Asia, setelah Filipina.
Pihak berwenang telah berusaha melakukan tindakan atas dugaan Kristenisasi dan Islamisasi terhadap umat Hindu.
Beberapa negara bagian, yang diperintah oleh partai BJP, baru-baru ini meloloskan, atau tengah mempertimbangkan untuk mengesahkan undang-undang yang melarang berpindah agama dengan alasan menikah.