Suara.com - Staf Ahli Menkominfo Profesor Henry Subiakto menyampaikan kritikan pedas terhadap Politisi Partai Gerindra Fadli Zon.
Hal itu sebagai tanggapan atas cuitan Fadli yang diduga menyindir Henry terkait keputusannya untuk mundur dari jabatan di pemerintahan pada tahun depan.
Lewat sebuah cuitan di akun Twitternya, Henry Subiakto menyebut bahwa Fadli lupa dengan posisi partainya yang tergabung dalam koalisi pendukung pemerintah.
Lebh lanjut Henry menyebut Fadli sebagai sosok yang berlagak anti-pemerintah dan bahkan menjadi haters atau pembenci.
Baca Juga: Pengembangan Organisasi: Siapkah Kemenkes Hadapi Gelombang COVID-19 Nataru?
"Orang ini lupa partainya itu bagian dari partai pemerintah, tapi dia berlagak anti pemerintahan. Bahkan jadi haters." cuit Henry Subiakto seperti dikutip Suara.com, Senin (20/12/2021).
Henry menilai Fadli Zon seharusnya belajar lagi tentang etika politik agar bisa memahami sopan santun dalam berpolitik.
"Harusnya dia yang belajar lagi, minimal belajar etika politik. Biar memahami fatsun politik," lanjutnya.
Sebelumnya diketahui bahwa Fadli Zon memberikan komentar terkait pernyataan Profesor Henry Subiakto yang ingin mundur dari jabatan di pemerintahan pada tahun depan.
Pernyataan itu disampaikan Henry tak lama setelah ia disebut menyebarkan hoaks oleh sejumlah pihak.
Baca Juga: 6 Aplikasi Belajar Bahasa Asing Android, 1 Aplikasi Bisa 27 Bahasa
Lewat sebuah cuitan di akun Twitternya, Fadli Zon menyebut bahwa keinginan Henry Subiakto untuk berhenti dari jabatan di pemerintah adalah keputusan yang tepat.
Ia juga menyebut akan lebih baik jika Henry Subiakto kuliah lagi.
"Keputusan yang tepat, kalau bisa kuliah lagi," tulis Fadli Zon dalam cuitan tersebut, dikutip Suara.com, Sabtu (18/12/2021).
Selain berencana berhenti dari jabatan pemerintah pada tahun depan, Henry Subiakto juga mengaku rindu dengan dunia kampus yang membuatnya tak lagi dibebani dengan sebutan pejabat dan lain sebagainya.
"Tahun depan saya memutuskan akan berhenti dari jabatan di pemerintah. Saya rindu sebagai orang kampus, yang tidak perlu dibebani dengan sebutan pejabat dll. Saya akan lebih bebas suarakan kecintaan saya pada negeri ini, menggadapi mereka yang perilaku dan ucapannya merugikan bangsa besar ini," tulis Henry.