Spesies yang Hidup di Kumpulan Plastik Raksasa di Samudera Pasifik

SiswantoBBC Suara.Com
Minggu, 19 Desember 2021 | 17:07 WIB
Spesies yang Hidup di Kumpulan Plastik Raksasa di Samudera Pasifik
BBC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah ilmuwan telah menemukan berbagai spesies hewan laut hidup di antara sampah plastik di kawasan lautan terbuka berjuluk 'Kumpulan Plastik Raksasa Samudera Pasifik'.

Banyak makhluk di 'pulau' yang berada di antara pantai California dan Hawaii ini merupakan spesies pesisir.

Makhluk-makhluk tersebut mencakup anemone, serangga kecil laut, moluska, dan kepiting. Sejatinya hewan laut ini hidup berkilometer-kilometer jauhnya dari habitat aslinya.

Namun, hewan-hewan ini ditemukan di antara 90% dari gundukan 'pulau' plastik itu.

Baca Juga: Cetuskan Ide Tukar Sampah Plastik Dengan Beras, Made Janur Yasa Jadi Heroes 2021

Para ilmuwan risau terhadap kemungkinan bahwa plastik membantu perpindahan spesies invasif dari satu kawasan ke kawasan lainnya.

Baca juga:

Dalam kajian ini, para ilmuwan meneliti sampah-sampah plastik berdiameter lebih dari 5cm di sebuah pusaran laut yang membuat gundukan sampah berakumulasi di Samudera Pasifik.

Dr Linsey Haram, selaku pimpinan penelitian dari Pusat Riset Lingkungan Smithsonian, berkata: "Plastik bersifat lebih permanen dari banyak serpihan alami yang biasa Anda lihat di lautan terbuka. Sampah plastik menciptakan habitat yang lebih permanen di area ini."

Dalam penelitiannya, Dr Haram bekerja sama dengan Institut Penjelajahan Lautsebuah badan amal yang mengumpulkan sampah plastik dalam ekspedisi pelayaranserta dengan para ahli ilmu kelautan dari Universitas Hawaii di Manoa.

Baca Juga: Gerakan Bebas Sampah Plastik Makin Masif, Bima Arya: Kalau ke Bogor Jangan Bawa Plastik

Bumi memiliki sedikitnya lima pusaran laut yang tercemar sampah plastik.

Pusaran yang diperkirakan paling banyak menampung sampah plastik diestimasikan memuat 79.000 ton sampah di kawasan seluas lebih dari 1,6 kilometer persegi.

"Berbagai macam barang ada di sana. Itu bukan pulau yang terbuat dari sampah, tapi yang pasti plastik dalam jumlah besar terkumpul di sana," papar Dr Haram.

Banyak di antara sampah di sana adalah mikro-plastik yang sangat sulit dilihat mata telanjang. Ada pula benda-benda besar, termasuk jaring ikan, pelampung, hingga kapal yang mengapung sejak tsunami Jepang pada 2011.

Para peneliti yang melaporkan temuan mereka pada jurnal Nature Communications, awalnya memulai investigasi mereka menyusul bencana tsunami Jepang pada 2011.

Bencana itu menyebabkan berton-ton puing terbawa ke Samudera Pasifik. Bahkan, ratusan spesies pesisir Jepang ditemukan dalam keadaan hidup pada barang-barang yang hanyut sampai pantai Amerika dan Kepulauan Hawaii.

"Kami ingin mencari tahu bagaimana plastik bisa menjadi alat transportasi bagi spesies-spesies invasif ke pesisir," ungkap Dr Haram kepada BBC News.

Beberapa organisme yang ditemukan pada serpihan plastik oleh para ilmuwan adalah spesies lautan terbuka. Organisme ini bisa bertahan hidup dengan "berakit-rakit" menggunakan sampah yang mengapung.

Namun, temuan paling mengejutkan, menurut Dr Haram, adalah keragaman spesies-spesies pesisir pada plastik yang mengapung.

"Lebih dari setengah dari keseluruhan sampah dihuni oleh spesies-spesies pesisir. Ini memunculkan banyak pertanyaan mengenai makna predikat spesies pesisir," ujarnya.

Para peneliti mengatakan temuan-temuan tersebut menyoroti bagaimana sampah plastik menimbulkan "konsekuensi yang tidak disengaja"sebuah masalah yang diperkirakan akan berkembang.

Sebuah kajian sebelumnya memperkirakan sebanyak 25.000 juta ton sampah plastik akan tercipta pada 2050.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI