Perbudakan Modern: Pengakuan Pekerja Migran yang Dieksploitasi di Australia

SiswantoABC Suara.Com
Minggu, 19 Desember 2021 | 15:32 WIB
Perbudakan Modern: Pengakuan Pekerja Migran yang Dieksploitasi di Australia
Ilustrasi pekerja (pixabay/lukasbieri).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Keluarga kami di China berpikir kita punya kehidupan yang baik di Australia," ujarnya.

Namun dalam pengecekan rutin yang dilakukan petugas dari Australian Border Force (ABF) awal tahun ini, pasangan ini mengatakan jika mereka sedang menyelidiki pihak hotel.

Setelah kehilangan uang sebanyak ribuan dolar dan tahu jika jalan mereka menuju status 'permanent residency' (PR) belum tentu bisa tercapai, mereka meninggalkan hotel tersebut.

Tidak tahu apa yang harus dilakukan, mereka memberanikan diri melapor ke lembaga Fair Work dan seorang pengacara, kini kasus mereka akan didengar di pengadilan mulai tahun depan.

Pihak hotel menyangkal semua tuduhan dan mengatakan upah sudah dibayarkan, juga mengatakan James tidak pernah bekerja untuk mereka.

Namun, pengacara hotel tidak bisa menjawab pertanyaan lain yang diajukan ABC karena menjadi materi untuk pengadilan.

ABC juga sudah mencoba berulang kali untuk meminta tanggapan dari agen migrasi yang mengurus pasangan Maddy dan James. 

Kini, mereka berdua berada di Australia dengan visa turis sambil menunggu nasib selanjutnya.

Meski kemungkinan besar mereka adalah korban eksploitasi, Maddy dan James percaya jika mereka termasuk yang "beruntung" karena bisa mendapat perhatian dari pihak otoritas. 

Baca Juga: Ramai Dukungan untuk Sandiaga, Legislator Gerindra Bicara soal Eksploitasi Identitas Ulama

Data statistik di Australia menunjukkan hanya satu dari lima korban eksploitasi atau perbudakan modern yang bisa diketahui pihak otoritas, meski diperkirakan ada 15.000 kasus di Australia dan 40 juta di dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI