"Dan ketika mereka mendapat status penduduk tetap dan membuka usaha sendiri, mereka melakukan hal yang sama."
Jacky menambahkan ia juga pernah mengalami eksploitasi saat tiba di Australia.
"Saya sudah melihat bukti pemberian upah yang palsu atau bukti sejumlah majikan yang melakukan eksploitasi pada pekerjanya," ujarnya.
"Alasan mereka melakukannya karena mereka pikir mereka bisa terhindari dari bayar denda dan dendanya terlalu kecil, tidak membuat mereka takut."
Beberapa pelaku usaha yang berbicara dengan ABC mengabaikan konsekuensi dari memperkerjakan orang secara ilegal karena kecilnya jumlah denda yang harus dibayar.
Menindak serius eksploitasi tenaga kerja mungkin bisa dilakukan, tapi mengatasi masalah yang lebih luas, seperti pelajar internasional yang dibayar di bawah upah minimum akan sulit dilakukan, menurut para pengamat.
Abul mengatakan kurangnya tenaga untuk memperkuat aturan migrasi juga menyebabkan turunnya upah bagi orang yang bersaing dengan pekerja migran untuk mendapat pekerjaan.
"Kebanyakan orang di Australia tidak sadar dengan eksploitasi yang terjadi," ujarnya.
"Yang menyedihkan di Australia, kita akan semakin mengalami situasi di Amerika Utara dan Eropa, di mana pekerja migran dieksploitasi hingga ke tingkat yang ekstrim, kondisi yang tidak bisa diterima di Australia."
Baca Juga: Ramai Dukungan untuk Sandiaga, Legislator Gerindra Bicara soal Eksploitasi Identitas Ulama
"Sayangnya ketakutan itu yang bisa saja terjadi sebentar lagi."