Korban Perahu Terbalik di Johor Adalah WNI yang Cari Kerja di Malaysia

SiswantoABC Suara.Com
Kamis, 16 Desember 2021 | 10:00 WIB
Korban Perahu Terbalik di Johor Adalah WNI yang Cari Kerja di Malaysia
Ilustrasi kapal tenggelam (Unsplash/pixel2013 )
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Upaya menemukan dan menyelamatkan 25 penumpang asal Indonesia masih dilakukan, setelah sebuah perahu terbalik di perairan Malaysia, Rabu kemarin (15/12).

Pihak otoritas perairan Malaysia mengatakan 11 orang penumpang tewas dalam kecelakaan tersebut.

Ada 14 orang yang dilaporkan selamat di antara sekitar 50 penumpang, termasuk migran tidak berdokumen. 

Perahu tersebut terbalik di tengah cuaca buruk di Johor selatan, sekitar pukul 4:30 pagi waktu setempat.

Baca Juga: Kapal Pengangkut WNI Tenggelam di Perairan Malaysia, 11 Tewas dan 27 Hilang

Menurut Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA), korban selamat dan perahu ditemukan di sebuah pantai di Tanjung Balau.

"Perahu ini diyakini melakukan perjalanan dari Indonesia dan terbalik setelah dihantam gelombang kuat," kata wakil direktur operasi maritim Johor, Kapten Simon Templer Lo Ak Tusa, kepada wartawan.

Semua penumpang dalam insiden ini adalah migran asal Indonesia, kata MMEA.

Dalam pernyataannya, Konsulat Indonesia di Johor mengatakan perwakilannya sudah berada di lokasi untuk membantu mengidentifikasi dan mengurus jenazah korban.

Kecelakaan ini merupakan peristiwa terbaru dari serangkaian kecelakaan di perairan antara Indonesia dan Malaysia dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Speedboad Bawa Imigran Gelap Tenggelam di Malaysia, 29 Penumpang Masih Hilang

Berangkat ke Malaysia tanpa dokumen untuk bekerja

Kebanyakan kecelakaan di laut dikarenakan perahu kelebihan muatan penumpang yang sedang mencari pekerjaan di pabrik atau perkebunan di Malaysia.

Menurut Anis Hidayah dari Migrant CARE, antara 100.000 sampai 200.000 warga Indonesia bepergian secara ilegal ke Malaysia setiap tahun untuk bekerja.

Banyak dari mereka direkrut oleh kelompok sindikat perdagangan manusia dan menjadi sasaran eksploitasi ketika mereka tiba Malaysia.

"Mereka melakukan perjalanan ke Malaysia dengan perahu dan ada begitu banyak kecelakaan karena mereka berangkat pada malam hari supaya tiba lebih awal di pagi hari," kata Anis. 

Anis menambahkan perahu juga sering berhenti sebelum mencapai daratan agar tidak terlihat oleh pihak otoritas, kemudian para penumpang harus berenang menuju daratan.

Kapten Simon mendesak para migran untuk tidak melakukan perjalanan berisiko seperti itu.

"Kami menyarankan orang-orang, terutama para migran yang tidak berdokumen ... untuk menggunakan rute yang ada untuk mencegah insiden seperti ini terulang," katanya.

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari ABC News.

REKOMENDASI

TERKINI