Ekstremis Yahudi Menyamar Jadi Muslim untuk Masuki Kompleks Masjid Al-Aqsa

Rabu, 15 Desember 2021 | 16:01 WIB
Ekstremis Yahudi Menyamar Jadi Muslim untuk Masuki Kompleks Masjid Al-Aqsa
Ilustrasi salat. (Pexels/Timur Weber)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah kelompok ekstremis Yahudi mengatur anggotanya menyamar jadi Muslim untuk memasuki Bukit Bait Suci di Kota Tua Yerusalem yang merupakan kompleks Masjid Al Aqsa.

Menyadur Times of Israel Rabu (15/12/2021), aksi ini memicu kekhawatiran karena mereka diam-diam membaca doa Yahudi sambil pura-pura salat.

Kelompok sayap kanan Returning to the Mount, yang mengadvokasi kedaulatan Yahudi di Temple Mount memperingatkan tindakan ini memicu kekerasan di situs suci tersebut, lapor berita Channel 13.

Temple Mount, yang dikenal oleh umat Islam sebagai Haram al-Sharif, adalah situs paling suci bagi orang Yahudi dan tempat suci ketiga dalam Islam.

Baca Juga: Menyamar Jadi Anak Sendiri, Wanita 48 Tahun Tipu Pemerintah dan Masuk Universitas

Ini adalah pusat emosional dari konflik Israel-Palestina yang memicu perang Gaza 11 hari pada Mei awal tahun ini.

Ilustrasi salat/berdoa saat Maulid Nabi. (Elements Envato)
Ilustrasi salat/berdoa saat Maulid Nabi. (Elements Envato)

Menurut pemahaman yang dicapai setelah Israel merebut Kota Tua dan Yerusalem Timur dalam Perang Enam Hari 1967, orang Yahudi diizinkan berkunjung tapi tidak untuk berdoa di sana.

Israel menjaga keamanan secara keseluruhan di situs, tapi Wakaf Muslim mengelola kegiatan keagamaan di sana.

“Kami tidak siap menerima sanksi terhadap orang Yahudi yang ada di Temple Mount,” Raphael Morris, kepala kelompok Returning to the Mount, mengatakan pada Channel 13.

Morris mencatat bahwa orang-orang Yahudi hanya diizinkan masuk ke kompleks pada jam-jam tertentu, ditemani oleh polisi dan tidak boleh menunjukkan indikasi bahwa mereka sedang berdoa.

Baca Juga: Menyamar Jadi Mahasiswa 22 Tahun, Ibu Ini Curi Identitas Putrinya untuk Cari Pacar

Sebaliknya, umat Islam dapat memasuki kompleks kapan pun mereka mau dan bebas untuk berdoa.

Dalam pelajaran yang diadakan di sebuah apartemen di Yerusalem, kelompok tersebut mengajarkan pengikutnya mengenakan pakaian Muslim, membawa sajadah, tasbih Misbaha dan buku tentang Al-Qur'an untuk menyamar.

Anggota terkadang mewarnai rambut dan janggut mereka lebih gelap seperti orang Arab agar tidak menimbulkan kecurigaan polisi, Muslim, atau Wakaf.

Penyerangan Masjid Al Aqsa, Jumat malam (7/5/2021). [Ahmad Gharabli/AFP]
Penyerangan Masjid Al Aqsa, Jumat malam (7/5/2021). [Ahmad Gharabli/AFP]

Yisrael, seorang instruktur, diperlihatkan mengajar anggota kelompok tentang melakukan gerakan doa Muslim sambil benar-benar membaca liturgi Yahudi.

“Paling buruk, oke, mereka menangkap Anda,” kata salah satu anggota, yang menggunakan nama samaran Baruch. “Sangat berharga bagi saya untuk berdoa dengan benar dan agar tidak menyerah pada penghinaan polisi.”

Baruch meramalkan akan ada semakin banyak yang naik seperti ini dan kemudian polisi hanya perlu membuka gerbang untuk semua orang.

“Visi kami adalah untuk dapat pergi ke Bukit Bait Suci setiap saat dan pada akhirnya berhasil membangun Bait Suci dan memulihkan pelayanan kurban,” kata Morris, pemimpin kelompok.

Dia membantah gerakannya adalah bawah tanah dan bersikeras bertindak secara terbuka dan tindakannya legal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI