Suara.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menerima kunjungan dari Sekretaris Jenderal Majelis Hukama Al Muslimin Dr Sulthan Al Rumaithi di Kediaman Resmi Wapres, Jakarta Pusat, Selasa (14/12/2021). Kehadiran para cendekiawan muslim tersebut bertujuan untuk menyosialiasikan Majelis Hukama Al Muslimin.
Juru bicara Wapres, Masduki Baidlowi menuturkan, selain untuk menjelaskan terkait kegiatan yang dilakukan Majelis Hukama Al Muslimin, mereka juga hendak belajar soal toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
"Tapi yang terpenting juga salah satu dari agendanya bahwa para ulama yang berkantor di Abu Dhabi ini ingin belajar kepada Indonesia, kepada para tokoh Muslim Indonesia, mengenai kenapa muslim Indonesia yang mayoritas dapat berkumpul bersama-sama kalangan minoritas secara damai," kata Masduki.
Menurut Masduki, Sekjen Hukama Al Muslimin merasa takjub dengan penduduk Indonesia yang banyak tetapi mempu hidup damai di tengah kemajemukan budaya, agama, dan bahasanya. Sementara, negara-negara di Timur Tengah yang memiliki penduduk sedikit dan agamanya hampir seratus persen Islam, kerap terjadi konflik.
Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin Minta Masyarakat Melek Fintech
"Nah inilah yang menjadi pertanyaan dari Dr Sulthan Al Rumaithi. Di situ lah dia ingin mempelajari," ucap Masduki.
Merespon keingintahuan Sekjen Hukama tersebut, Ma'ruf menyampaikan bahwa toleransi dan kerukunan di Indonesia didasari semangat dan kesadaran bahwa Indonesia adalah negara kesepakatan.
Menurut Ma'ruf, para pendiri negara ini telah bersepakat untuk tidak mebeda-bedakan mana yang mayoritas dan mana yang minoritas.
"Jadi rasa empati itu adalah modal utama untuk pendirian Republik ini, tadi dikatakan oleh Wapres seperti itu," terangnya.
Bahkan, Ma'ruf menceritakan kalau sebelum merdeka pun para tokoh negeri ini sudah mempunyai kebiasaan hidup rukun dan toleran yang dicontohkan secara turun temurun.
Baca Juga: Pembatasan Libur Natal dan Tahun Baru Sesuai Kondisi Daerah, Ini Kata Wapres Maruf Amin
"Jadi kalau misalnya kita hanya bicara saja mengenai kemajemukan, mengenai toleransi, dan seterusnya, kalau hanya pembicaraan tanpa dikerjakan, tanpa dieksekusi, kata Wapres, maka negara ini sudah bubar sejak dulu," ucapnya.
Oleh karena itu, dikatakan Ma'ruf bahwa Indonesia tidak banyak bicara mengenai toleransi tapi banyak mempraktikannya.
"Karena Indonesia tidak banyak bicara tapi banyak berbuat itulah maka menghasilkan sebuah Republik Indonesia yang sampai sekarang alhamdulillah bisa bertahan walaupun pulaunya banyak, penduduknya banyak, beragam-ragam agama, beragam-ragam suku bangsa," terang Masduki menirukan ucapan Ma'ruf.
"Banyak orang memprediksi bahwa Indonesia itu sudah akan terjadi balkanisasi ketika terjadi reformasi politik dulu, tetapi sampai saat ini alhamdulillah dengan inayah Allah dan ridho Allah masih bertahan, itu yang dikatakan oleh Wapres tadi."