"Sekarang karena krisis iklim makin memburuk, saya rasa membuat orang-orang semakin mempertimbangkannya dalam mengambil keputusan hidup, soal di mana mereka ingin tinggal, pekerjaan seperti apa yang ingin mereka lakukan, dan tentu saja tentang apakah mereka ingin memiliki anak dan berapa banyak."
Mereka yang yakin soal masa depan
Tetapi tidak semua orang merasakan yang hal yang sama, termasuk mereka yang setiap harinya bekerja untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Ketan Joshi adalah seorang penulis dan analis data yang bekerja di bidang perubahan iklim dan energi yang memiliki dua orang anak.
Ketan merasa yakin masih ada waktu untuk memastikan generasi masa depan memiliki kehidupan yang aman dan inilah yang menjadi fokusnya.
"Saya rasa ini bukanlah perubahan yang tidak bisa dihindari, tapi bukan juga berarti tidak bisa diubah atau tidak ada solusinya," ujar Ketan.
"Perubahan iklim bukanlah sesuatu yang sudah pasti … kalaupun sudah pasti, rasanya bukan jadi pembenaran untuk tidak punya anak di masa depan."
Ketan malah lebih khawatir kalau kita malah terfokus pada pilihan pribadi dan membiarkan Pemerintah atau pelaku industri tidak melakukan apa-apa.
"Yang membuat saya marah adalah ketika ada pihak berwenang, di perusahaan dan di pemerintahan yang mengambil keputusan gegabah seperti mereka yang memutuskan untuk tidak mau punya anak."
'Hal yang bisa saya kendalikan'
Aaron, kini berusia 24 tahun, mengakui keputusannya untuk menjalani vasektomi terlalu drastis bagi kebanyakan orang.
Baca Juga: Sri Mulyani Ingatkan Pertamina Soal Perubahan Iklim
"Saya sadar tidak semua orang perlu mengambil langkah yang sama. Saya tidak mengharapkan atau tidak ingin setiap orang di planet ini kemudian melakukan vasektomi, karena belum tentu baik untuk semua orang."