Tak Setuju 212 Disebut Momen Kebangkitan Islam, Ketum PBNU: Politik Mengatasnamaka Agama

Aprilo Ade Wismoyo Suara.Com
Selasa, 14 Desember 2021 | 16:39 WIB
Tak Setuju 212 Disebut Momen Kebangkitan Islam, Ketum PBNU: Politik Mengatasnamaka Agama
Said Aqil Siradj. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj tegas menolak kemunculan kelompok 212 apabila disebut sebagai momentum kebangkitan Islam.

Melansir dari Wartaekonomi.co.id -- jaringan Suara.com, Said Aqil justru menilai gerakan taua kelompok tersebut sebagai hal yang politis.

Pernyataan tersebut diungkapkan Said Aqil saat bercerita tentang momen dirinya menghadapi kemunculan awal gerakan 212.

Baginya, tantangan menghadapi 212 sangatlah keras. Said menyebut sebagian peserta 212 juga ada yang berasal dari Nahdlatul Ulama (NU). Menurut Said, 212 adalah gerakan yang punya tujuan politik dengan mengatasnamakan agama.

Baca Juga: Hukum Ucapkan Selamat Natal, Quraish Shihab: Itu Ada di Dalam Alquran

"Itu luar biasa bagi saya, luar biasa kerasnya tantangan itu. Ada sebagian dari NU juga, katanya itu kesempatan kebangkitan Islam. Kalau menurut saya itu bukan, bukan kebangkitan Islam, menurut saya. Kenapa? karena jelas itu tujuannya politik yang mengatasnamakan agama," kata Said Aqil dalam video yang ditayangkan di akun TVNU seperti dilihat, Senin, 13 Desember 2021.

Aksi massa 212 di Patung Kuda, Jumat (21/2). (Suara.com/ Alifva Bestari)
Aksi massa 212 di Patung Kuda, Jumat (21/2). (Suara.com/ Alifva Bestari)

Menurut Said Aqil, saat itu, memang banyak orang yang mendukung gerakan 212. Namun ia menyebut, orang yang menolak kelompok tersebut secara tegas dan bersuara lantang dengan prinsip kuat hanya dirinya.

"Satu-satunya orang yang bersuara keras, bersuara terang-terangan, menolak 212, ya saya. Barangkali yang menolak banyak tapi yang berprinsip yang dengan ucapan jelas terang benderang hanya saya barangkali," ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan alasan ia menolak 212 disebut sebagai gerakan Islam. Menurut dia, banyak dari kelompok 212 yang keliru dalam menjalankan syariat.

Ia lantas menyoroti kekeliruan itu seperti yang dilakukan peserta aksi 212 dengan tidur di masjid hingga salat Jumat di lapangan. Menurut dia,  kegiatan tersebut sebagai kegiatan yang tidak benar.

Baca Juga: Cerita Ovi Sovianti Duo Serigala Peluk Kristen Usai Mimpi Bertemu Tuhan Yesus

"Karena saya menganggap itu bukan kebangkitan Islam bukan gerakan Islam, liillai kalimatillah bukan, kenapa? karena tidurnya di masjid, salat di lapangan. Tidurnya di masjid sebagai tempat tidur, menunggu salat Jumat di lapangan. Itu yang tidak benar menurut saya," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI