Suara.com - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Prof Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan meluncurkan buku berjudul “Demokrasi di Era Post Truth”. Influencer Raffi Ahmad menilai buku tersebut mampu beradaptasi dengan keadaan sekarang maupun mendatang.
Raffi mengatakan, sosok Prof Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan sangat hebat karena bisa terus bergenerasi dan mengikuti era-era baru. Salah satunya dengan meluncurkan buku “Demokrasi di Era Post Truth”.
“Hebatnya Pak Budi Gunawan ini bisa terus bergenerasi. Buku ini sangat penting banget dibaca untuk anak muda, karena kalau mau sukses harus bisa beradaptasi dengan keadaan, lingkungan, dan perkembangan zaman,” kata Raffi Ahmad ditulis Senin (13/12/2021).
Raffi menjelaskan, saat ini berita hoax sudah sangat sering ditemukan di media sosial dan hal tersebut bukan hanya menjadi musuh personal, namun menjadi musuh negara. Apalagi saat ini berita hoax sangat mudah disebar, sehingga masyarakat diharapkan bisa lebih pintar dalam bermedia sosial.
Baca Juga: Atta Halilintar Puji Buku Demokrasi di Era Post Truth Karya Budi Gunawan
“Era sekarang itu, dengan menyebarkan hoax melalui media digital dalam hitungan detik gampang saja. Jadi kita yang harus pintar-pintar di era sekarang ini,” jelasnya.
Terakhir, Raffi mengajak semua golongan masyarakat terutama kalangan muda untuk membaca buku “Demokrasi di Era Post Truth”. Karena di dalamnya terdapat banyak ilmu bermedia sosial di era sekarang ini.
“Saya Raffi Ahmad, mengajak kepada semua golongan dan kalangan muda. Sangat penting buku “Demokrasi di Era Post Truth”, untuk membimbing kita di era digital ini,” tutupnya.
Untuk diketahui, Prof Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan menuliskan buku berjudul “Demokrasi di Era Post Truth” bersama Barito Mulyo Ratmono. Dengan cetakan pertama pada April 2021 dan cetakan kedua pada Mei 2021.
Adapun buku tersebut membahas tentang disinformasi di era post-truth yang memiliki ancaman serius bagi terbangunnya demokrasi elektoral yang sehat.
Baca Juga: Soal Potensi Andika Perkasa jadi Kepala BIN, Pengamat: Kalau Peluang Siapa Saja Bisa
Bahkan, keyakinan personal lebih penting daripada fakta objektif dalam membangun opini publik, sehingga antara kebohongan dan kebenaran sulit diidentifikasi.