Suara.com - Nama beberapa kepala daerah dan menteri yang potensial maju ke pilpres 2024 semakin marak dibicarakan dan masuk ke dalam survei beberapa lembaga.
Melansir Wartaekonomi.co.id -- jaringan Suara.com, berdasar survei Indikator, dalam simulasi pasangan antara Ganjar Pranowo-Erick Thohir mendapat angka 31,1 persen, lebih tinggi dari simulasi Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebesar 30,8 persen.
Hal itu berarti kombinasi Ganjar Pranowo-Erick Thohir justru lebih diminati oleh masyarakat, termasuk di dalamnya pendukung Jokowi.
Apabila Menteri BUMN Erick Thohir dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dipasangkan di Pilpres 2024, maka akan menjadi sangat kuat sebagaimana dipaparkan oleh hasil survei tersebut.
Baca Juga: Sebelum Nataru, Ganjar Minta Tiga Daerah di Jateng Ini Genjot Vaksinasi
"Erick dan Ganjar menarik karena keduanya punya latar belakang berbeda baik secara primordial maupun profesi di mana Ganjar politisi tulen sementara Erick seorang entrepreneur sukses," kata Pengamat Komunikasi Politik Cecep Handoko.
Menurutnya, faktor primordial di Pilpres 2024 nanti masih menjadi penentu. Pasalnya, Ganjar merupakan orang Jawa sementara Erick sendiri berasal dari Sumatera, sehingga ini nantinya akan menjadi pertimbangan bagi para pemilih.
Lebih lanjut Cecep menyebut elektabilitas seorang tokoh juga tergantung sengan siapa dia dipasngkan. Bahkan, sejauh ini, Ganjar Pranowo merajai berbagai survei, namanya tetap unggul meski dipasangkan dengan nama-nama lain selain Erick Thohir.
Meskipun demikian, 2024 masih cukup lama, artinya konstelasi masih mencair bisa jadi ada jagoan baru terutama dari latar belakang militer.
"Selain Prabowo ataupun Gatot Nurmatyo boleh jadi akan ada tokoh lain berlatar belakang militer yang punya kans besar untuk maju Pilpres," kata Cecep.
Baca Juga: Jelang Libur Nataru, Ganjar Pastikan Jateng Siap Lakukan Pengetatan Protokol Kesehatan
Sebelumnya, Cecep mengingatkan, faktor primodial sulit untuk dihilangkan di pemilihan presiden 2024. Ia menilai, efek sebelumnya di mana kental nuansa kampanye politik identitas jadi sisi negatif yang melekat pada Sandiaga Uno.
"Pendukung Jokowi mungkin tak ingin hal itu kembali terjadi sehingga lebih memilih Ganjar atau Prabowo," kata Cecep dalam keterangannya kepada media, Rabu (8/12/2021).
Dengan suara yang diraup dari pemilih Jokowi yang hanya 4,5 persen, Sandiaga tidak cukup pantas disebut favorit. Ditambah lagi, hal itu akan bergantung dengan siapa dipasangkan.
Cecep menyebut dukungan kecil terhadap Sandi boleh jadi karena belum ada rekam jejak keberhasilan di birokrasi.
Diketahui Sandi tak menuntaskan jabatan ketika duduk di kursi Wagub DKI, bahkan memilih maju menjadi cawapres. Namun setelah kalah di Pilpres 2019, ia justru masuk ke kabinet.
Rekam jejak seperti itu, menurut pandangan Cecep, akan membuat publik merasa tidak ada konsistensi, sehingga sedikit banyaknya akan berpengaruh pada elektabilitasnya di 2024 nanti.