Warga Australia Ceritakan Kisah Jadi Target Penipuan Investasi Kripto

SiswantoABC Suara.Com
Rabu, 08 Desember 2021 | 15:48 WIB
Warga Australia Ceritakan Kisah Jadi Target Penipuan Investasi Kripto
Ilustrasi bitcoin, salah satu mata uang kripto (pixabay.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Inilah kisah tiga orang korban penipuan mata uang kripto di Australia. Uangmereka hilang ke dalam jaringan yang rumit dan tak dapat ditarik kembali.

Ketiga korban yakni Emma Robinson, Adam, dan Melanie Chapman, mengalami nasib naas akibat tertipu 'cryptocurrency', mata uang digital terdesentralisasi.

Kepolisian Federal Australia (AFP) mengatakan penipuan 'cryptocurrency' "meledak" jumlahnya selama pandemi.

Lembaga perlindungan konsumen Australia menyebut kerugian yang dialami warga meningkat 172 persen antara Januari dan November tahun ini, dengan jumlahmencapai AU$109 juta atau lebih dari Rp1 triliun.

Baca Juga: Harga Properti Virtual Capai Triliunan, Prospek Kripto dan Metaverse Makin Cerah?

"Para penipu sangat cekatan mengeksploitasi krisis pandemi," kata Chris Goldsmith, Komandan Unit Kejahatan Dunia Maya AFP.

"Banyaknya warga masyarakat yang bekerja dari rumah telah menghadirkan peluang bagi penipu," katanya kepada ABC.

Platform palsu perdagangan kripto

Emma Robinsondan pasangannya Hugo de Meira Quintao telah lama bermimpi untuk memiliki rumah sendiri.

Emma (25 tahun)mulai menabung uang sakunya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Dia bahkan mulai berinvestasi di bursa saham Australia saat berusia 18 tahun.

Pada awal tahun 2021, pasangan asal negara bagian Queensland ini punya tabungan lebih dari AU$110.000, atau lebih dari Rp1,2 miliar.

Baca Juga: Aset kripto BSC dan Ethereum BitMart Dicolong hacker, Rp2,8 Triliun Lenyap

Sebelum terjun ke pasar mata uang kripto, Hugo (24 tahun), telah berinvestasi di bursa saham dan mulai mencari opsi lain untuk meningkatkan tabungannya.

Suatu hari dia menerima panggilan telepon yang menjadi awal malapetaka bagi pasangan ini.

Penelepon itu adalah seseorang yang menyamar sebagai manajer investasi dari pialang asal Irlandia Druid ICAV, yangmenawarkan saham Airbnb kepada Hugo.

Menggunakan situs website palsu dengan platform investasinya sendiri, para penipu telah menyalinnama dan alamat Druid ICAV.

Aktivitas Druid ICAV terjadi secara 'real-time', termasuk penawaran umum perdana dari pertukaran mata uang kripto utama.

Hugo yang tak menyadari aksi penipuan itu awalnya menyetor AU$7.000, lebih dari Rp70 jutauntuk "menguji" platform tersebut.

"Setelah IPO pertama, platform perdagangan kami diperbarui secara 'real time', sehingga terlihat sangat nyata. Saya jadi percaya," katanya.

Platform palsu ini menunjukkan investasi Hugo meningkat, padahal sebenarnya dia hanya menyerahkan uang kepada penipu.

Bank Sentral Irlandia kemudian mengeluarkan peringatan tentang adanya penipuan yang menyamar sebagai Druid ICAV.

Tapi peringatan ini datang beberapa bulan setelah Emma dan Hugo menyetorkan uangnya untuk "diinvestasikan".

Para penipu sebelumnya menawarkan saham palsu kepada Hugo di Coinbase, pertukaran mata uang kripto internasional yang terkenal.

Dia mengaku berbicara dengan lima orang berbeda dari apa yang dianggapnya sebagai staf perusahaan Druid ICAV.

"Mereka memberikan bukti pendaftaran. Kami mencari di Google apakah ini penipuan, ternyata tidak ada yang muncul," jelasnya.

Setelah Hugo memasukkan uangnya ke dalam Coinbase, Emma memutuskan untuk ikut serta.

"Saya pikir semuanyasah. Saya ihat Hugo telah melakukannya dengan baik," kata Emma.

Banyak kisah sukses tentang kripto. Banyak yang menghasilkan 2000 persen dalam beberapa bulan,"ujarnya.

"Saya menginvestasikan AU$50.000 dan kemudian menambahkan AU$15.000lagi," kata Emma.

Dia mengatakan orang yang dianggapnya "broker" itu"terdengar sangat percaya diri".

Saat Emma mencoba menambah investasi di saham Coinbase sebesar AU$7.000, transaksinya tidak berhasil.

Dia kemudian menemukan akunnya telah ditutup.

Pada saat yang sama, Hugo pun mulai mempertanyakan investasi mereka.

"'Saya merasa aneh dengan cara mereka berbicara yang terdengar adanya aksen tertentu,'" katanya.

Setelah meminta bantuan pengacara, pasangan ini mendapatkan informasi bahwa situs yang mereka gunakan itu sama sekali bukan milikDruid ICAV.

Emma dan Hugo tak pernah mendengar kabar dari para penipu itu lagi. Pasangan ini telah kehilangan uang total sebesarAU$110.000.

Dengan segala dokumen yang dimilikinya, pasangan ini melapor ke polisi dan bank mereka. Tapi hasilnya nihil.

Warga Australia menjadi sasaran

Komisi Persaingan dan Konsumen Australia mengatakan kerugian akibat penipuan 'cryptocurrency' jauh lebih tinggi dari AU$109 juta yang telah dicatat tahun ini.

Pasalnya, banyak korban terlalu tertekan atau malu untuk melaporkan pengalaman mereka.

Para korban sering terpikat oleh iklan di media sosial, mengisi formulir dan tanpa disadari menjadi sasaran empuk.

Komandan Unit Kejahatan Dunia Maya AFP Chris Goldsmid mengatakan pihaknya telah menambah sumber daya untuk melacak para pelaku.

"Kami melihat berbagai kelompok kriminal di balik penipuan ini umumnya berasal dari luar negeri," katanya.

Dia menyarankan warga yang menyadari diri telah ditipu harus segera melapor ke situs milik pemerintah, Report Cyber.

"Pelaporan awal sangat penting, termasuk ke bank,dan melalui Report Cyber agar uangnya lebih mungkin dipulihkan," ujar Chris.

Adam dan akun palsu

Adam (bukan nama sebenarnya)adalah seorang ayah berusia 45 tahun yang datang ke Australia saat berusia 15 tahun.

Pria asal Polandia ini telah bekerja cukup lama sebagai kontraktor telekomunikasi, dan berhasil menabung.

Pada Oktober tahun lalu, dia ingin menginvestasikan tabungannya dan menemukan iklan di Facebook untuk berinvestasi di Bitcoin.

Dia pun langsung menghubungi perusahaan bernama StocksCM, yang menyampaikan bahwa setoran AU$500, atau lebih dari Rp5 juta,sudah cukup untuk memulai perdagangan di pasar saham.

Perusahaan itu berjanji membantu Adam membuat dompet 'cryptocurrency' untuk melakukan pembayaran pertama.

StocksCM mengklaim platformitu akan membantu Adam menghindari biaya pertukaran dan transfer uang yang besar.

"Saya menelepon semua nomor yang ada dan memeriksa credential mereka secara online, termasuk review-nya. Umumnya positif," kata Adam.

Setelah seminggu, platform perdagangan tempat Adam menginvestasikan uangnya menunjukkan angka AU$500 telah berubah menjadi AU$1.300.

Manajer akunnya, yang menggunakan nama "Alex Smith", terus mendorongnya untuk menginvestasikan AU$10.000.

"Dia sampaikan, betapa mudahnya mendapatkan uang, sehingga dalambeberapa bulan lagi Anda tidak perlu bekerja," kata Adam menirukan 'Alex'.

Adam diminta untuk membuat akun 'cryptocurrency' kedua, kemudian diberikan perincian untuk mentransfer setoran keperusahaan tersebut

"Mereka mengatakan jika pihak bursa cryptocurrency bertanya, katakan saja dompet itu milik Anda, jangan sebutkan nama perusahaan kami," ujarnya.

Adam awalnya ragu, tapi perusahaan ini mengizinkannya untuk menarik sekitar AU$6.000.

Di saat itulah ia merasa jikaitu 'Alex' telah mendapatkan kepercayaan darinya.

Namun apa yang terjadi selanjutnya telah membalikkan keadaannya.

Pihak bank tempat Adam menabungsempatmenghentikannya mentransfer setoran ke akun 'cryptocurrency' miliknya.

Tapi 'Alex' lebih meyakinkan bagi Adam.

Ketika 'Alex' menawarkan saham Amazon yang katanya akan naik setelah Black Friday, serta saham Apple menjelang rilis iPhone baru, Adam pun tak berpikir panjang lagi.

Begitu pula saat 'Alex' menawarkan sahamperusahaan farmasi Moderna dan Pfizer, Adam menyetorkan uang lebih banyak lagi.

Dia sama sekali tak menyadari sedang 'berdagang' saham diplatform investasi palsu.

Adam rutin mengecek akunnya di platform itu. Kadang saldonya meroket menjadi jutaan dolar, namun dia tidak pernah bisa menarik uangnya.

Lalu di saat nilai uangnya anjlok, 'Alex' meyakinkan Adam bahwa semua akan baik-baik saja.

Sampai pada akhirnya akun Adam telah kehilangan jutaan dari saldonya, dan tak bisa lagi berdagang saham.

Saat itulah manajer akunnya mengatakan jika Adam menyetor AU$100.000 lagi, ada "peluang untuk mendapatkan semua uangnya kembali."

Adam lantas meminjam AU$100.000 dari keluarganya. Tapi dia sendiri yang melakukan perdagangan di platformStocksCM palsu tersebut.

Adam menyebut telah kehilangan uangsebesar AU$457.000 selama periode Oktober tahun lalu hingga April tahun ini.

Setelah berkali-kali menghubungi StocksCM melalui telepon dan melalui situs website mereka, perusahaan ini menyatakan, "Anda tak memiliki akun dengan kami sehingga kami tidak dapat membantu".

'Kami tahu di mana mereka'

Penyelidik kejahatan dunia maya Australia Ken Gamble menjelaskan banyak kliennya yang ditipu oleh StocksCM.

"StocksCM adalah kelompok sangat canggih yang berbasis di luar negeri. Kami tahu di mana mereka berada," katanya.

"Kami paham sekali bagaimana mereka beroperasi. Bagaimana operasinya terkotak-kotak di beberapa negara," kata Ken.

Dia mengatakan sedang menyusun suatu kasus hukum melawan StocksCM untuk diserahkan ke pihak berwajib.

Kami harus menunjukkan bagaimana terjadinya penipuan, di mana penipuan itu terjadi, dan bagaimana penipuan itu dijalankan oleh mereka," ujarnya.

Dia optimistis akan mampu mengumpulkan bukti-bukti yang akan diserahkan kepada aparat berwajib di negara tempat operator StocksCM berada.

Melanie dan akun CoinSpot yang misterius

Di antara korban penipuan kripto, ada yang sama sekali tak menyadari dirinya telah tertipu.

Salah satunya adalah, Melanie Chapman, wanita yangdidiagnosis menderita sklerosis ganda sejak usia 25 tahun.

Selama lebih dari 20 tahun, dia menjalani kehidupan mandiri.

Namun awal tahun ini dia dihubungi seseorang yang menyebut dirinya Peter dan mengaku berasal dari bank tempat Melanie menabung.

Peter menyampaikan telah terjadi pelanggaran keamanan di rekening bank Melanie sehingga membutuhkan akses untuk membantu memperbaikinya.

Melanie sudah tidak begitu ingat lagi kejadiannya, namun mengaku berbicara dengan Peter beberapa kali.

Dia kemudian tahu tabungannya telah hilang dari rekening bank yang jarang dia akses.

Setelah meminta bantuan saudaranya bernama Sean, Melaine menemukan sejumlah transaksi aneh di rekeningnya.

Misalnya, uang warisan AU$50.000, atau lebih dari Rp500 jutadari mendiang ibunya sudah hilang.

Sean memeriksa surat-surat elektronik milik Melanie dan menemukan adanya akun 'cryptocurrency' atas nama Melanie di perusahaan CoinSpot.

Coinspot adalah pertukaran 'cryptocurrency' terbesar di Australia dengan layanan ke 320 mata uang digital yang berbeda.

Para penipu menggunakan akun CoinSpot untuk menarik tabungan Mel dari beberapa rekeningnya di bank yang sama.

"Selama delapan hari berturut-turut dari mereka mentransfer AU$8.000setiap malam."

Sean meminta seorang ahli komputer untuk memeriksa rekening Melanie.

"Ternyata penipu memasang perangkat lunak akses jarak jauh ke telepon Melanie," katanya.

"Para penipu mengiriminya link yang menyebutkan 'Klik di sini, karena Anda mungkin sudah ditipu, kami akan membantu'," tambah Sean.

Pihak bank berhasil menghentikan transaksi terakhir sebesar AU$8.000.

Sementara pihak CoinSpot, kata Sean, justru "menghalangi" permintaan bantuannya.

Dalam surat yang dilihat oleh ABC, CoinSpot menyampaikan ke Sean bahwa mereka tak dapat mengakses jejak transaksi di akun Melanie dengan alasanprivasi, meskipun Melaine telah memberi kuasa ke Sean.

Dalam pernyataannya kepada ABC, CoinSpot menyebutkan:

"CoinSpot telah menghubungi Melanie untuk membicarakan situasi yang dialaminya dan apakah kami dapat membantu lebih lanjut."

"CoinSpot akan terus bekerja sama dengan pihak terkait sehubungan dengan penyelidikan yang sedang berlangsung."

Perusahaan itu mengembalikan biaya pembuatan rekening AU$600kepada Melanie, sementara banknya mengembalikan uang sebesarAU$8.000.

Tapi sisa uangnya yang jauh lebih besar telah hilang. Tak bisa lagi kembali.

Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News. Baca selengkapnya di sini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI