TransJakarta Dikritik Karyawan Sendiri karena Sering Kecelakaan: Lebih Utamakan Cuan

Selasa, 07 Desember 2021 | 19:16 WIB
TransJakarta Dikritik Karyawan Sendiri karena Sering Kecelakaan: Lebih Utamakan Cuan
Bus TransJakarta kembali alami kecelakaan di dekat halte terakhir Puribeta 2, Ciledug, Tangerang Kota, Banten, Senin (6/12/2021). [Ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Serikat Pekerja Transportasi Jakarta (SPTJ) ikut angkat bicara setelah terjadinya rentetan kejadian kecelakaan yang dialami oleh armanda TransJakarta. Pihak direksi disebut lebih mengutamakan keuntungan atau cuan dalam bekerja.

Ketua SPTJ Jan Oratmangun mengatakan, sifat mengutamakan keuntungan itu membuat kualitas layanan jadi menurun. Padahal, seharusnya Jan menilai direksi lebih mengutamakan Sumber Daya Manusia (SDM).

“Serikat pekerja menilai kualitas layanan menurun. Ini adalah dampak dari diberlakukannya berbagai kebijakan yang lebih mengutamakan provit oriented dibandingkan pemberdayaan sumber daya manusianya,” ujar Jan kepada wartawan, Selasa (7/12/2021).

Salah satu kebijakan yang lebih mengutamakan cuan ini adalah efisiensi anggaran di lapangan. Misalnya, saat ini sudah tidak ada lagi petugas di dalam bus yang bisa mengingatkan sopir bus untuk memastikan keamanan dan kenyamanan pelanggan di dalam bus.

Baca Juga: Direksi TransJakarta Rapat Sambil Nonton Belly Dance, Wagub: Gunakan HP untuk Hal Positif

Selain itu, fungsi kontrol Transjakarta sebagai regulator dari para operator bus tidak berjalan dengan baik selama ini.

"Fungsi control operasional tadinya dilakukan oleh petugas pengendalian di setiap koridor atau rute dengan skema 3 orang petugas pengendali, namun saat ini dikerucutkan hingga hanya satu orang di setiap koridor," tuturnya.

"Sehingga pengawasan terhadap perilaku mengemudi sang sopir di koridor untuk menerapakan standar pelayanan minimum (SPM) menjadi lemah," tambahnya menjelaskan.

Karena itu, Jan meminta agar direksi TransJakarta melakukan perbaikan dengan mengutamakan kualitas SDM ketimbang mencari uang. Standar SPM kembali perlu diterapkan dengan menempatkan lagi petugas PLB di dalam bus.

"Perlu dikuatkan kembali fungsi kontrol dan pengawasan Transjakarta sebagai regulator terhadap operator. Bagaimana masyarakat mau naik Transjakarta kalau kualitas layanan buruk, tidak aman, dan tidak nyaman? Boleh lakukan efisiensi dan mengunakan sistem, tetapi jangan salah kaprah dan mengabaikan keselamatan."

Baca Juga: Sopir Bus Tabrak Pejalan Kaki hingga Tewas, TransJakarta Salahkan Lampu Jalan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI