Suara.com - Pengaruh Amerika Serikat di Asia semakin menguat sejak pemerintahan Presiden Joe Biden, sementara pengaruh China melemah akibat pandemi COVID-19, menurut indeks tahunan yang dirilis Lowy Institute.
'Asia Power Index' atau Indeks Kekuatan Asia, mengukur banyak aspek, di antaranya kemampuan ekonomi dan militer, hubungan ekonomi dan jaringan pertahanan, serta pengaruh di bidang kebudayaan.
Di tahun 2021, Amerika Serikat masih menjadi negara yang paling berpengaruh di wilayah Asia Pasifik, disusul China di posisi kedua, yang kedudukannya terus menguat dalam catatan Indeks beberapa tahun terakhir.
"Pandemi benar-benar telah mempengaruhi banyak negara dan kemampuannya untuk menanggapi kejadian di luar, namun Amerika Serikat telah memperoleh kekuatan menyeluruh untuk pertama kalinya sejak tahun 2018," ujar direktur peneliti Lowy Institute, Hervé Lemahieu.
Baca Juga: Penjualan Roti Indonesia Jadi yang Tertinggi di Asia Tenggara, Capai Rp2.6 Triliun!
Alyssa Leng, ekonom dan peneliti yang berpartisipasi dalam penelitian Indeks mengatakan "semakin menguatnya Amerika sebagian besar disebabkan oleh pemerintahan Biden".
"Sejak posisi AS rendah di masa pemerintahan Trump, pengaruh diplomatik Amerika telah kembali menguat di wilayah Asia Pasifik," ujarnya, yang juga menambahkan Amerika Serikat sudah menyumbang 90 juta dosis vaksin ke Asia, dua kali jumlah yang disumbangkan Beijing.
Pengaruh China melemah untuk pertama kalinya sejak Indeks dicatat di tahun 2018.
"Beberapa tantangan ekonomi ditambah populasi yang kian menua telah memperlambat bertambahnya kemampuan negara tersebut untuk mengerahkan kekuatannya di Asia," ujar Hervé.
"
Baca Juga: Sukses di Asia Tenggara, Induk Kredivo Segera IPO di Amerika Serikat
"Pertumbuhan ekonominya akan terus terjadi, namun pertanyaannya, seberapa cepat?"
"
"China tidak akan dominan seperti Amerika dulu, namun kita sudah siap menghadapi abad bipolar di Indo-Pasifik ... yang lebih bergantung pada keinginan Amerika dan China," katanya.
Bagaimanapun juga, laporan ini menemukan jika China kini mengeluarkan biaya militer 50 persen lebih banyak dari India, Jepang, Taiwan dan kesepuluh anggota ASEAN bila digabung.
China "tetap menjadi yang terdepan dari semua negara di wilayah Asia Pasifik" dalam hal kekuatan secara keseluruhan, ujar Alyssa.
Posisi | Negara |
---|---|
1 | Amerika Serikat |
2 | China |
3 | Jepang |
4 | India |
5 | Russia |
6 | Australia |
7 | Korea Selatan |
8 | Singapura |
9 | Indonesia |
10 | Thailand |
Sumber: Lowy Institute Asia Power Index 2021
Australia dan Indonesia kunci kekuasaan di Asia
Australia menempati posisi keenam dalam 'Asia Power Index', di bawah Jepang, India, dan Rusia.
Meski memiliki perselisihan diplomatik dengan China yang adalah mitra dagang terbesarnya, menurut analisa Lowy, Australia telah mengukuhkan ketangguhannya tahun ini.
Sumbangan vaksin dari Australia ke negara Asia Pasifik dianggap "cukup dermawan", terutama bila diukur per kapita, menurut Alyssa.
Ditandatanganinya pakta keamanan AUKUS oleh Australia dengan Amerika dan Inggris di bulan Oktober lalu menunjukkan Australia akan "lebih bergantung pada kapasitas Amerika dan kemauannya mempertahankan keseimbangan militer di Asia secara relatif pada bangkitnya China", menurut Hervé.
Alyssa mengatakan pakta ini mencerminkan "kerja sama pertahanan Australia di wilayah Asia Pasifik yang mendalam, bukan meluas".
"
"Australia kelihatannya akan berpihak penuh pada Amerika di tahap ini".
"
"Informasi mengenai AUKUS sangatlah sedikit sekarang ... sampai segala detailnya lebih jelas dan reaksi diplomatis dari negara Asia-Pasifik, sulit untuk memprediksi dampaknya," ujarnya.
Hervé mengatakan penutupan perbatasan karena COVID-19 juga mencerminkan kemampuan Australia dalam melakukan diplomasi pertahanan dan memperluas pengaruh dalam pariwisata dan sektor pendidikan internasional.
Pengaruh ekonomi Australia di Asia Pasifik juga melemah, salah satunya bagaimana posisinya sebagai investor terbesar di Papua Nugini digeser oleh China.
"Kita melakukan lebih banyak investasi di Selandia Baru dibanding negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia," ujar Hervé.
Untuk pertama kalinya, Indonesia masuk dalam 10 posisi teratas sebagai "pemain paling berpengaruh secara diplomatis" di Asia Tenggara.
Hervé menganggap "aneh" kenyataan bahwa Indonesia dengan populasi dan ekonomi besar baru masuk 10 peringkat teratas.
"Banyak negara berkembang seperti Indonesia justru melihat ke dalam dan menghadapi masalah dengan kemampuannya menunjukkan kekuatan dan kepemimpinan di hadapan dunia," katanya.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa Presiden Joko Widodo telah "menegaskan posisinya sebagai pemimpin di regional".
Bagaimanapun, laporan tersebut mencatat jika Indonesia, sama dengan negara tetangganya di Asia-Pasifik, yang kurang kekuatan di bidang militer mungkin harus mengonfrontasi China.
Seruan agar hubungan Jepang dan Australia diperkuat
Laporan Lowy mengatakan Jepang adalah "kekuatan" yang memiliki pengaruh dalam bidang diplomatik, ekonomi, dan kebudayaan yang signifikan dengan keterbatasan sumber daya. Namun pengaruhnya melemah di tahun 2021 karena penurunan di bidang ekonomi dan populasinya yang menua.
Dalam laporan yang dikeluarkan bulan lalu, Direktur ANU Pusat Penelitian Australia-Jepang, Shiro Armstrong mengatakan Australia perlu memperkuat hubungannya yang "sudah kuat" dengan Jepang, khususnya melalui kerja sama di bidang energi untuk menyelesaikan masalah perubahan iklim.
"Jepang adalah tolok ukur hubungan Australia di Asia," ujar Asisten Profesor Shiro.
"Negara itu terkuat ketiga di dunia dalam bidang ekonomi, sumber investasi terbesar kedua di Australia dan sampai komoditasnya menurun di tahun 2020, adalah mitra dagang kedua terbesar Australia."
Namun menurutnya, hubungan dengan Jepang harus dipikirkan ulang bila ingin menghadapi tantangan besar yang dihadapi kedua negara supaya bisa bertahan di abad 21.
Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris