Suara.com - Diplomat top Afrika Selatan untuk Australia menuduh pemerintah federal mendiskriminasi negara-negara Afrika, setelah larangan perjalanan diberlakukan untuk mencoba memperlambat penyebaran varian baru Omicron COVID-19.
Penerbangan dari sembilan negara Afrika ke Australia dihentikan pekan lalu, menyusul ditemukannya varian tersebut.
Warga negara dan penduduk tetap Australia masih dapat kembali ke Australia melalui negara ketiga tetapi diwajibkan karantina selama dua minggu pada saat kedatangan.
Tetapi turis dari negara-negara tersebut telah dilarang masuk ke Australia.
Baca Juga: Ancaman Varian Omicron Makin Dekat, Menko Airlangga: 45 Negara Sudah Terkonfirmasi
Di Afrika Selatan, kasus COVID-19 naik hampir empat kali lipat dalam empat hari terakhir.
Komisaris tinggi Afrika Selatan untuk Australia, Marthinus van Schalkwyk, berpendapat bahwa situasi COVID-19 harus dinilai dari jumlah kasus, dan bukan hanya terkait varian Omicron.
Angka COVID-19 Afrika Selatan lebih sedikit dibanding Inggris
MArthinus mengatakan, angka kasus di Afrika Selatan masih lebih sedikit daripada negara-negara seperti Inggris, yang akses perjalanannya ke Australia tidak dibatasi.
"Kami percaya ini adalah diskriminasi, karena satu-satunya perbedaan dari kebijakan ini adalah bahwa negara-negara ini berada di benua Afrika [dan] yang lainnya tidak," kata Marthinus van Schalkwyk.
"Angkanya bahkan tidak sebanding, baik dalam hal kematian dan jumlah kasus total."
Baca Juga: Waspada Covid-19 Varian Omicron, Pemkot Tangsel Siapkan 2 Hotel Untuk Karantina
Marthinus bersikeras bahwa Afrika Selatan telah bertindak dengan itikad yang baik, yakni menginformasikan kepada dunia sedini mungkin tentang adanya varian baru ini.
"Anda mungkin ingat bahwa, ketika China dituduh tidak transparan, Australia memimpin kampanye dan mereka benar-benar menetapkan standar tentang arti transparansi," katanya.
"Afrika Selatan bertindak 100 persen dalam hal standar itu, yang langsung ditanggapi langsungnya dengan larangan bepergian."
"Jadi, ya, kami yakin itu tidak akan terjadi jika Afrika Selatan adalah negara Eropa."
"[Larangan bepergian] itu tidak bisa serta-merta dilakukan. Kita bisa mengatakan ada varian baru setiap saat," kata Marthinus.
"Setiap ahli memperkirakan ada varian baru dan melihat pidato para pemimpin di seluruh dunia, semuanya mengatakan kita harus menerima kenyataan adanya varian baru.
Vaksin Pfizer sementara disetujui untuk usia 5 sampai 11 tahun
Mulai awal tahun depan, anak-anak berusia lima tahun di Australia kemungkinan akan mulai divaksinasi COVID-19.
Vaksinasi untuk anak-anak dalam kelompok usia tersebut diperkirakan akan dimulai pada 10 Januari.
Jenis vaksin yang secara sementara telah disetujui oleh regulator medis Australia, badan pengawas obat-obatan Australia (TGA), adalah vaksin Pfizer.
Jika Anda bertanya-tanya apa arti persetujuan "sementara", pada dasarnya disetujui untuk digunakan selama dua tahun ke depan.
Persetujuan ini merupakan perkembangan terbaru yang signifikan dalam program peluncuran vaksin nasional dan mungkin melegakan bagi banyak orangtua.
Jika semuanya berjalan sesuai rencana, anak-anak di usia kelompok tersebut sudah menerima dosis pertama mereka sebelum tahun ajaran 2022.
Penasihat ahli vaksin ATAGI akan memberi tahu Pemerintah Australia bagaimana tepatnya vaksin diluncurkan, misalnya, apakah itu ditawarkan kepada semua anak sekaligus, atau dimulai dengan mereka yang kekebalan tubuhnya terganggu.
Menteri Kesehatan Greg Hunt mengatakan keputusan itu ada di tangan ATAGI - tetapi dia mengharapkan semua anak akan ditawari vaksin pada saat yang sama.
Serupa tapi tak sama
Kandungan jenis vaksin yang akan diberikan pada anak ini sama persis dengan vaksin Pfizer yang telah diluncurkan ke jutaan orang dewasa Australia.
Perbedaannya terletak pada dosis yang jauh lebih kecil, tepatnya sepertiga ukuran dosis orang dewasa, atau 10 mikrogram dibandingkan dengan 30 mikrogram untuk orang dewasa.
Dosis anak-anak akan dikemas dalam botol yang berbeda dengan dosis dewasa, untuk memastikan tidak terjadi kesalahan. Tutup kemasannya berwarna oranye, bukan abu-abu atau ungu seperti dosis dewasa.
Pfizer menjalankan dua studi terpisah tentang cara kerja vaksinnya pada anak-anak berusia di bawah lima tahun, yang terbagi menjadi dua kelompok usia.
Kelompok yang pertama anak-anak berusia enam bulan hingga dua tahun, dan yang kedua adalah anak-anak berusia dua tahun hingga lima tahun.
Pfizer berharap agar bisa mendapat laporan balik tentang seberapa baik vaksin buatannya bekerja pada dua kelompok tersebut pada akhir tahun ini.
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News.