Suara.com - Seorang manajer pabrik di Pakistan menjadi korban amukan masa yang mengamuk setelah ia dituduh melakukan penistaan agama.
Menyadur Aljazeera Minggu (5/12/2021), manajer pabrik tersebut diketahui berasal dari Sri Lanka dan tewas setelah dipukuli dan dibakar oleh massa.
Polisi mengkonfirmasi bahwa insiden itu terjadi di Sialkot, sekitar 200 km tenggara ibukota Islamabad, pada hari Jumat (2/12/2021).
Perdana Menteri Imran Khan bahkan hingga turun tangan mengawasi penyelidikan kasus tersebut, yang menurutnya serangan main hakim sendiri yang mengerikan.
Baca Juga: Kecelakaan Tragis Angkot Vs Kereta Api di Medan, Ini Identitas 3 Korban Tewas
Dalam sebuah cuitannya di media sosial Twitter, Imran Khan juga menyebut insiden pengeroyokan itu sebagai hari yang memalukan bagi Pakistan.
"Jangan sampai ada kesalahan, semua yang bertanggung jawab akan dihukum dengan beratnya hukum," cuit Imran Khan di akun Twitter-nya.
Seorang pejabat polisi di Sialkot, yang meminta tidak diungkapkan identitasnya, mengatakan para penyelidik yakin para penyerang menuduh manajer melakukan penistaan agama karena menurunkan poster bertuliskan ayat-ayat suci Islam.
Sejumlah rekaman video yang beredar menunjukkan massa memukuli korban hingga pingsan sambil meneriakkan slogan-slogan menentang penistaan agama.
Di video lain menunjukkan tubuh korban dalam keadaan terbakar bersama puing-puing yang terbalik, dan dikatakan itu adalah mobilnya.
Baca Juga: Sedang Ambil Air, Warga di Maluku Utara Tewas Diterkam Buaya
Banyak di antara pelaku pengeroyokan tersebut tidak malu untuk menunjukkan wajah mereka pada setiap video yang beredar. Bahkan ada beberapa orang yang terekam mengambil foto narsis di depan mayat korban yang terbakar.
Juru bicara pemerintah Punjab Hassan Khawar mengatakan kepada wartawan di Lahore bahwa polisi telah menangkap 50 orang yang diduga terlibat pengeroyokan.
"Rekaman CCTV sedang diperiksa dengan cermat karena kami telah diarahkan untuk menyelesaikan penyelidikan dalam waktu 48 jam," jelas Hassan.
Slogan yang dinyanyikan dalam video media sosial sama dengan yang digunakan oleh para pendukung Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP), sebuah partai anti-penistaan agama.
TLP di masa lalu sempat melumpuhkan negara dengan menggelar protes, termasuk kampanye anti-Prancis setelah majalah satir Charlie Hebdo tahun lalu menerbitkan ulang kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.
Pembunuhan massa atas tuduhan penistaan agama telah sering terjadi di Pakistan.
Tahir Ashrafi, penasihat Imran Khan untuk kerukunan antaragama, mengutuk para pembunuh dalam sebuah rekaman video pernyataan yang dibagikan di media sosial.
"Ini adalah tindakan barbar dan bertentangan dengan ajaran Islam," katanya.
Seorang pejabat senior Pakistan mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Islamabad telah menghubungi para diplomat Sri Lanka atas insiden itu.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan tuduhan penistaan agama seringkali digunakan untuk menyelesaikan dendam pribadi.
"Insiden hari ini menggarisbawahi urgensi di mana lingkungan yang memungkinkan pelecehan dan membahayakan nyawa harus diperbaiki," kata Amnesty International Asia Selatan dalam sebuah cuitan.