Suara.com - Tidak ada yang menyangka awan panas guguran atau APG dari letusan Gunung Semeru di wilayah Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur begitu cepat terbentuk dan longsor, dikarenakan curah hujan tinggi di puncak gunung.
Erupsi Gunung Semeru sedikitnya dilaporkan menewaskan 13 orang, menurut keterangan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (5/12/2021) pagi.
Gunung Semeru hingga kini masih berstatus level II atau waspada, usai material vulkanik menerjang perkampungan warga sekitarnya pada Sabtu sore.
Terbentuknya APG atau wedhus gembel itu diakibatkan oleh faktor eksternal, curah hujan tinggi di puncak gunung yang menyebabkan ketidakstabilan endapan lidah lava. Akibat guguran awan tersebut, setidaknya mengakibatkan 102 orang warga mengalami luka-luka, terutama luka bakar.
Warga yang tinggal di perkampungan di sekitar gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu harus terpaksa mengungsi.
Guguran awan tersebut menyebabkan sebagian besar wilayah Kampung Renteng di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, tertimbun abu vulkanik guguran Gunung Semeru.
Abu vulkanik Semeru tersebut meliputi rumah, pabrik, tempat ibadah, dan kendaraan warga. Setidaknya ada dua truk dan sepeda motor yang tertimbun abu di kampung itu. Hujan abu juga menyebabkan kematian sejumlah hewan ternak di Kampung Renteng.
Selain itu masih ada 10 warga yang belum bisa dievakuasi dari dusun yang terdampak letusan Gunung Semeru di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo. Kemudian sebagian besar rumah warga di Dusun Curah Kobokan rusak akibat awan panas guguran Gunung Semeru sehingga warga dusun itu harus mengungsi.
Kerusakan yang diakibatkan dampak erupsi Gunung Semeru juga tampak pada Jembatan Gladak Perak, yang merupakan penghubung jalan nasional antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Jembatan Gladak Perak yang ada di wilayah Kabupaten Lumajang tersebut putus total akibat terjangan banjir lahar dingin usai erupsi.
Hingga kini, warga juga diminta mewaspadai kemungkinan munculnya awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama di sepanjang aliran Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sarat.
Peringatan dini
Mengutip cuitan dari akun Twitter resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM @PVMBG_, Gunung Semeru berada pada level II sejak Mei 2012, sebab hampir setiap hari terjadi erupsi dengan rata-rata 25 kali kejadian.
Aktivitas Gunung Semeru tersebut selalu dilaporkan melalui Whatsapp Group yang terdiri dari unsur masyarakat hingga pemerintah setempat, termasuk kejadian guguran lava pada 1 Desember 2021
Baca Juga: PMI Siapkan Ambulans Tambahan Buat Evakuasi Korban Erupsi Semeru
Kemudian pada 2 Desember 2021, Pemantauan Gunung Aktif (PGA) Semeru sudah mengeluarkan peringatan agar masyarakat tidak beraktivitas di sekitar Besuk Kobokan, Besuk Kembar, Besuk Bang, dan Besuk sarat, untuk mengantisipasi kejadian guguran/awan panas guguran. Peringatan dini akan bahaya guguran dari Gunung Semeru telah disampaikan jauh-jauh hari dan berulang kali.