Polemik Produk Vape dan Rokok, Mana Lebih Baik?

Minggu, 05 Desember 2021 | 17:44 WIB
Polemik Produk Vape dan Rokok, Mana Lebih Baik?
Ilustrasi rokok elektronik
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rokok dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskuler. Demi menekan prevalensi dan mengurangi risiko terkena penyakit kardiovaskuler, produk tembakau alternatif atau vape dapat dioptimalkan untuk membantu perokok dewasa beralih dari rokok.

Topik tersebut menjadi pembahasan dalam diskusi “The Impact of Tobacco Smoking and Risk Cardiovaskular Disease” yang diselenggarakan beberapa waktu lalu secara daring. Narasumber pada acara ini antara lain Dokter Spesialis Jantung Rumah Sakit Jantung Pembuluh Darah Harapan Kita, Ade Meidian Ambari; Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Badan Kesehatan Dunia, Tikki Pangestu; dan Konsultan Senior Kardiologi Rumah Sakit Manila, Rafael R. Castillo.

Menurut Ade Meidian Ambari, rokok merupakan salah satu permasalahan besar di Indonesia. Sebab, rokok bertanggung jawab atas 10 persen dari total kasus penyakit kardiovaskuler. Menurut data WHO, kardiovaskuler adalah faktor utama kematian secara global karena menyebabkan 17,9 juta kematian setiap tahunnya.

“Dari perspektif Pencegahan Kardiologi, ini adalah sebuah masalah,” kata Ade, Minggu (5/12/2021).

Baca Juga: Amankah Produk Tembakau Alternatif? Begini Kata Ahli

Saat ini, jumlah perokok Indonesia telah melebihi 65 juta jiwa. Dengan angka yang sangat besar tersebut, Ade menyarankan agar para perokok segera berhenti merokok untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler.

“Sekitar satu atau dua tahun setelah berhenti merokok, terjadi penurunan risiko atau dalam jangka panjang mengurangi risiko gagal jantung,” ungkap dia.

Senada dengan Ade, Tikki menambahkan permasalahan rokok harus segera diselesaikan. Selain berhenti secara langsung, menurut Tikki, perokok dewasa yang kesulitan atau belum berhenti merokok bisa beralih ke produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik.

Produk-produk tersebut menerapkan konsep pengurangan risiko. Berdasarkan sejumlah kajian, produk tembakau alternatif mampu menurunkan risiko hingga 90 persen-95 persen daripada rokok.

“Produk ini penting sebagai bantuan potensial untuk membantu orang berhenti merokok,” tegasnya.

Baca Juga: Studi: Mencoba Berhenti Merokok dengan Beralih ke Rokok Elektrik Tidak Selalu Berhasil

Tikki mencontohkan bahwa Inggris berhasil menurunkan jumlah perokoknya berkat produk tembakau alternatif. Setiap tahunnya, sekitar 20 ribu orang berhenti merokok menurut laporan The England Journal of Medicine.

“Jadi ini bukti yang cukup meyakinkan untuk efektivitas dari produk ini,” ujarnya.

Bukti efektifnya produk tembakau alternatif juga ditunjukkan dari hasil survei yang dipublikasikan Badan Statistik Inggris. Berdasarkan hasil survei tersebut, angka perokok mengalami penurunan dari 14,4 persen pada 2018 menjadi 14,1 persen pada 2019. Angka perokok Inggris kini 6,9 juta jiwa dengan 3,8 juta perokok pria dan 3,1 juta perokok wanita.

“Jadi mengapa kita tidak mendukung penggunaan produk tembakau alternatif? Harus ada kemauan dan komitmen politik dengan mempertimbangkan faktor ekonomi serta sosial,” tutur Tikki.

Rafael juga setuju produk tembakau alternatif diberdayagunakan sebagai alternatif untuk berhenti merokok, meskipun produk tersebut tidak sepenuhnya bebas risiko. Menurut dia, mengganti kebiasaan merokok dengan produk tembakau alternatif menciptakan peluang lebih besar untuk sepenuhnya berhenti.

“Produk ini dapat dipertimbangkan sebagai solusi untuk perokok berat. Penggunaan produk ini juga menunjukkan penurunan detak jantung yang signifikan dibandingkan dengan rokok,” jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI