Suara.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengungkapkan, partai sembilan bintang tersebut mempunyai tanggung jawab untuk memikirkan Nahdlatul Ulama (NU). Menurutnya, hal itu lah yang membedakan partainya dengan partai-partai politik lain.
Hal itu disampaikan pria yang akrab disapa Cak Imin dalam diskusi yang digelar PKB dalam rangka peringatan satu abad NU bertajuk 'Gagasan Kontributif Membangun Kemandirian Ekonomi Nahdliyin' di Kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Kamis (2/12/2021).
Cak Imin mengatakan, diskusi digelar untuk persiapan 100 tahun NU. Menurutnya, PKB tidak bisa lepas dari kontribusi dan pemikiran serta ikhtiar untuk bersama-sama membawa NU semakin bermanfaat dan punya peran bagi negara bangsa.
"PKB tidak bisa lepas dari kontribusi dan pemikiran serta ikhtiar kita untuk bersama-sama membawa Nahdlatul Ulama," kata Cak Imin.
Baca Juga: Bicara Soal Pilpres, Muhaimin Iskandar Sebut PKB Sukses Menangkan SBY hingga Jokowi
Cak Imin kemudian berkelakar kepada Wakil Presiden RI periode 2014-2019 Jusuf Kalla, dalam sambutannya di acara tersebut. Ia memohon maaf kepada JK, lantaran harus berdiri lama karena turut menyanyikan sejumlah mars.
Cak Imin mengatakan, dalam acara PKB memang kerap kali menyanyikan marsnya agak sedikit memakan waktu. Hal itu disebabkan karena PKB harus memikirkan NU dan wajib menyanyikan marsnya.
"Jadi mohon maaf Pak JK tadi kalau di PKB ini nyanyinya tiga kali berdirinya agak lama karena PKB ini partai yang selain memikirkan dirinya sendiri juga memikirkan NU, kira-kira begitu ya ada enaknya ada nggak enaknya. Kalau PDIP enak nggak mikirin siapa-siapa yang lain, Golkar enak nggak mikirin siapa," ungkapnya.
Lebih lanjut, Cak Imin kembali menegaskan bahwa PKB ada karena lahir dan dibesarkan oleh NU.
"Kita juga lahir dan dibesarkan oleh NU. Makanya kalau mars apa namanya yalal waton saya usulkan beda yang di Kramat (kantor PBNU) sama yang di sini. Yang di Kramat sejak mulai dinyanyikan terus begini. Ketika Indonesia ini juga kalau disosialisasikan awal terus Indonesia yaitu berdiri konsekuensi logis anak kandung," tuturnya.
Baca Juga: Jadwal Muktamar ke-34 NU di Lampung Belum Jelas, Panitia: Persiapan Terus Berjalan