Suara.com - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo mengaku sempat stress dengan aparatur sipil negara (ASN) serta keluarganya yang kerap menelusuri soal tokoh radikalisme melalui media sosial (medsos).
Ia menyebut setidaknya setiap bulan pihaknya mengeluarkan surat keputusan (SK) ASN yang diberhentikan gegara terpapar radikalisme dan terorisme.
"Ini saya bikin stress, dua tahun (jadi) Menpan RB dalam sidang tim penilai akhir TPA, hampir di atas 16 calon eselon 1 yang sudah hebat, profesor, doktor, mulai dari bawah naik, ikut TPA, gagal jadi eselon 1 gara-gara kelakuan istrinya atau suaminya," kata Tjahjo dalam acara bertajuk Seminar Nasional Reformasi Birokrasi dan Penandatanganan Butir-Butir Komitmen Kepala Daerah yang disiarkan melalui YouTube Kemenko Polhukam, Rabu (1/12/2021).
Tjahjo menuturkan bukan hanya ASN-nya saja, namun juga suami atau istrinya yang kerap mencari soal tokoh-tokoh radikal atau teroris setia harinya.
Ia menjelaskan kalau pihaknya telah memiliki izin untuk menelusuri aktivitas medsos dari ASN dan suami atau istrinya. Sebelum pengangkatan jabatan juga, pihak Kemenpan RB sudah memberi tahu dulu kalau rekam jejaknya akan ditelusuri.
"Otomatis izin dong, ada perizinan kami membawa surat. Eh, kamu mau saya angkat jadi eselon satu akan kami cek rekam jejakmu selama ini. Rekam jejak digital sampai mati kan nggak akan hilang," ujarnya.
Terorisme dan radikalisme kata Tjahjo, merupakan ancaman bangsa. Tjahjo menilai kalau pihaknya harus ikut berani bersikap apalagi ketika ada ASN yang ketahuan mendukung radikalisme.
"Hampir setiap bulan kami mengeluarkan SK ASN yang kita berhentikan karena terpapar radikalisme terorisme," tuturnya.