Suara.com - Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn mengajak warganya untuk tidak pilih-pilih vaksin virus corona. Seruan ini muncul kala warganya lebih memilih vaksin BioNTech-Pfizer ketimbang Moderna.
Menyadur Deutsch Welle Selasa (23/11/2021), Spahn mengatakan Moderna yang dikembangkan AS menggunakan teknologi mRNA inti yang sama dengan BioNTech-Pfizer jadi itu adalah vaksin yang baik, aman, dan sangat efektif.
"Beberapa dokter vaksinasi mengatakan BioNTech adalah Mercedes vaksin dan Moderna adalah Rolls-Royce," kata Spahn. "Ada cukup vaksin untuk semua vaksinasi yang akan datang," kata Spahn. "Dan kedua vaksin itu bekerja."
Vaksin BioNTech, yang dikembangkan di kota Mainz, Jerman, terbukti sangat populer di kalangan masyarakat Jerman.
Baca Juga: Indonesia Kedatangan 4 Juta Vaksin AstraZeneca Dan 800 Ribu Moderna
Suntikan AstraZeneca tidak menggunakan mRNA dan belakangan vaksin itu terkait dengan pembekuan darah dan tidak direkomendasikan untuk orang yang lebih muda.
Sejak kekhawatiran itu muncul, dan setelah perselisihan hukum dengan AstraZeneca setelah pengiriman yang dibatalkan, Uni Eropa semakin percaya pada vaksin mRNA.
Itu telah membuat kesepakatan dengan BioNTech-Pfizer untuk total hingga 2,4 miliar dosis hingga 2023 dan dengan Moderna hingga 460 juta suntikan.
Komentar Spahn muncul untuk membela pembatasan pengiriman mingguan vaksin BioNTech-Pfizer ke kantor dokter Jerman. Dia mengatakan kepada penyiar publik ZDF pada hari Minggu bahwa itu adalah "pertanyaan tentang jumlah yang tersedia."
Spahn menekankan bahwa orang Jerman harus divaksinasi, termasuk dengan suntikan booster jika suntikan pertama mereka lebih dari enam bulan yang lalu, untuk mengurangi risiko penyakit serius.
Baca Juga: Australia Akan Donasikan Kelebihan Vaksin Pfizer dan Moderna untuk Indonesia
Dia mengatakan prevalensi varian delta yang lebih menular membuat semakin sulit bagi orang yang tidak divaksinasi untuk menghindari infeksi.
"Seperti yang kadang-kadang dikatakan sinis, pada akhir musim dingin ini hampir semua orang di Jerman ... akan divaksinasi, sembuh atau meninggal," kata Spahn kepada wartawan di Berlin.