Inilah Kisah Mereka yang Selamat dari Pembantaian Timor Leste 30 Tahun Lalu

SiswantoABC Suara.Com
Selasa, 23 November 2021 | 17:02 WIB
Inilah Kisah Mereka yang Selamat dari Pembantaian Timor Leste 30 Tahun Lalu
Timor-Timur Google map
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Banyak orang meninggal, tapi hari itu adalah salah satu hari yang sangat penting bagi kemerdekaan kami."

Kebanyakan orang Timor-Australia kini telah menjadikan Darwin sebagai rumah mereka, karena lokasinya yang dekat dengan Timor-Leste.

"Penerbangannya hanya satu jam. Setelah bangun pagi bisa langsung terbang untuk sarapan di Timor," kata Osvaldo.

Veronica Pereira tinggal di pinggiran kota Darwin yang bernama Karama.

Upacara baru-baru ini untuk para siswa dan Max dimulai dan diakhiri dengan suara Veronica menabuh drum tradisionalnya.

Sesaat setelah pembantaian pada tahun 1991, Veronica mulai menenun nama-nama mereka yang terbunuh menjadi kain tradisional yang dikenal sebagai "tais", yang butuh beberapa tahun untuk diselesaikan.

Seniman dan penenun tersebut menjelaskan pentingnya warna, dibantu temannya yang menerjemahkan.

"Hitam untuk berkabung, merah adalah darah dan putih adalah cahaya [atau harapan]," kata Veronica.

Veronica melarikan diri dari Timor-Leste pada tahun 1975 sebelum menjadi aktivis kemerdekaan yang tinggal di Australia.

Baca Juga: Grup Musik Asal Timor Leste, A2L Luncurkan Lagu Baru Gunakan 3 Bahasa

Dia merupakan salah satu penduduk Darwin yang meratap dan berbaring di jalan-jalan kota setelah pembantaian itu, sebagai gestur untuk menunjukkan kemungkinan jumlah korban yang tewas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI