Suara.com - Ketua Asosiasi Tenis Perempuan (WTA) meragukan kebenaran isi email yang disebut media China berasal dari petenis perempuan Peng Shuai.
Petenis itu belum diketahui keberadaannya sejak dua pekan lalu setelah melayangkan tuduhan bahwa dirinya "dipaksa" berhubungan seks dengan mantan wakil perdana menteri China.
Namun, dalam email terbaru yang dirilis media CGTN, Peng disebut menulis tuduhan-tuduhan itu "tidak benar".
Email itu juga mengklaim Peng tidak hilang atau dalam kondisi tidak aman. "Saya hanya beristirahat di rumah dan semuanya baik-baik saja."
Baca Juga: Perkosaan Anak di Padang: Bukti Upaya Pencegahan Terlupakan Selama Pandemi
BBC tidak bisa memverifikasi email tersebut.
Baca juga:
- Sempat hilang dari publik, mengapa pendiri Alibaba Jack Ma kembali 'tiarap'
- Sempat menghilang dari publik sejak Oktober, Jack Ma muncul dalam acara amal
- China denda Alibaba milik Jack Ma Rp43 triliun, peringatan untuk perusahaan teknologi lain?
Steve Simon, ketua WTA, mengatakan pesan itu "hanya memunculkan" kekhawatirannya soal keamanan Peng.
"Saya sulit mempercayai bahwa Peng Shuai benar-benar menulis email yang kami terima atau meyakini apa yang disangkutkan padanya," kata Simon melalui pernyataan resmi.
Simon bukan satu-satunya orang yang mengira demikian.
Baca Juga: Semua Anggota Keluarga Hilda Meninggal Akibat Covid, Dia Coba Kuatkan Diri
Banyak warganet juga meragukan keaslian email itu. Mereka mempertanyakan kursor mengetik sebagaimana terlihat pada tangkapan layar email yang dirilis CGTN.
'Dipaksa' berhubungan seks
Peng Shuai, mantan petenis ganda putri nomor satu dunia, belum terdengar lagi sejak mengunggah tuduhan terhadap eks Wakil PM China Zhang Gaoli melalui media sosial Weibo pada awal November 2021.
Dia mengklaim dirinya "dipaksa" berhubungan seks oleh Zhang, yang menjabat sebagai Wakil PM antara 2013 dan 2018. Di samping itu, Zhang dikenal sebagai sekutu dekat pemimpin China, Xi Jinping.
Sejak Peng raib, WTA dan sejumlah orang berpengaruh dalam olahraga tenis, semakin vokal bersuara.
Awal pekan ini, petenis putra nomor satu dunia, Novak Djokovic, angkat bicara. Petenis Serbia itu berharap Peng dalam keadaan aman seraya menambahkan bahwa dirinya masih terkejut. Adapun petenis putri asal Jepang, Naomi Osaka, mengaku khawatir dengan nasib Peng.
Menurut Ketua WTA, Steve Simon, "WTA dan seluruh dunia perlu bukti independen dan bisa dibuktikan bahwa dia [Peng] aman."
Simon juga menambahkan, tuduhan yang dilayangkan Peng harus diselidiki "dengan transparansi penuh dan tanpa sensor".
"Suara-suara perempuan harus didengarkan dan dihormati, bukan disensor atau didikte," imbuh Simon.
Email dirilis media China
Peng adalah atlet terkemuka di China dalam olahraga tenis. Petenis berusia 35 tahun itu pernah memenangi dua gelar Grand Slam di Wimbledon pada 2013 dan Prancis Terbuka pada 2014 bersama petenis Taiwan, Hsieh Su-wei.
Selama kariernya, Peng menjadi komponen kunci dalam pengaruh soft power Partai China.
Karena itu, tuduhan Peng menjadi insiden paling dahsyat dalam gerakan #MeToo di China. Itu muncul beberapa bulan sebelum China menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin.
Setelah sosok Peng tidak pernah terlihat dalam beberapa pekan, media CGTN yang dikendalikan pemerintah China mendadak merilis tangkapan layar email berikut kursor mengetik.
Semua hal ini menimbulkan kecurigaan mengenai keaslian email tersebut.
Tidak ada media di China, kecuali CGTN, yang merilis email tersebut.
Orang-orang terkemuka di China pernah menghilang dari sorotan publik.
Kadangkala yang hilang adalah miliarder, tapi atlet terbilang jarang.