Jadi Pemilik Hutan Tropis Terbesar di Dunia, Indonesia, Brazil dan Kongo Jalin Kerja Sama

Sabtu, 13 November 2021 | 12:20 WIB
Jadi Pemilik Hutan Tropis Terbesar di Dunia, Indonesia, Brazil dan Kongo Jalin Kerja Sama
Pertemuan trilateral di arena COP-26 UNFCCC, Glasgow, Skotlandia, Jumat (11/11/2021). (Dok: KLHK)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia, Brazil dan Republik Demokratik Kongo, yang dikenal sebagai dikenal sebagai pemilik hutan tropis terbesar di dunia, telah menggelar pertemuan trilateral guna menjalin kerja sama strategis dan sinergis. Kerja sama mencakup sejumlah hal, baik dalam pengelolaan hutan maupun pengalaman lainnya yang berhasil dijalankan tiga negara ini dalam upaya pengendalian perubahan iklim.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong, memimpin pertemuan trilateral ini di arena COP-26 UNFCCC, Glasgow, Skotlandia, Jumat (11/11/2021).

“Pertemuan telah di gelar di Sekretariat Delegasi Republik Indonesia di arena COP 26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia, awal pekan ini. Banyak potensi kolaborasi yang bisa dilakukan Indonesia, Brazil, dan Kongo,” ujar Wamen Alue Dohong.

Ia menjelaskan, dalam pertemuan trilateral tersebut, Indonesia mengemukakan gagasan dan pandangan tentang pentingnya kerja sama ini dan mengidentifikasi kira-kira area kerja sama apa saja yang dapat dilakukan oleh ketiga negara secara bersama-sama (trilateral) maupun secara bilateral.

Baca Juga: Kurangi Plastik, KLHK dan Produsen Komitmen Kelola Sampah dan Manfaatkan Daur Ulang

Menteri Lingkungan Brazil dan Republik Demokratik Kongo juga menyampaikan pandangan serta gagasan mereka mengenai kerja sama ini. Ketiga negara mempunyai pandangan yang sama tentang pentingnya kerja sama dalam kerangka memperkuat pengaruh tiga negara pemilik hutan tropis terbesar di dunia ini dalam negosiasi iklim di COP 26 UNFCCC.

"Kita sepakati perlunya melakukan inisitif kolaboratif melalui pembentukan kelompok-kelompok kerja atau Working Groups yang solid berdasarkan kesamaan kepentingan dan prinsip saling mengisi kebutuhan atau filling the gap," terang Wamen Alue Dohong.

Kerja sama ini diharapkan semakin memperkuat posisi 3 negara di arena negosiasi pengendalian iklim global seperti di COP 26 UNFCCC, sehingga dapat bersama-sama memperjuangkan solusi yang paling efektif dan tepat termasuk upaya-upaya untuk mendorong peningkatan pendanaan yang berbasis hasil atau Result-based Payment untuk pengurangan emisi dari pengurangan deforestasi dan degradasi hutan plus (REDD+) serta kedua, mekanisme pembayaran atas jasa ekosistem atau Payment for Ecosystem Services (PES).

Wamen Alue Dohong juga menerangkan, dalam pertemuan ini terdapat beberapa potensi kerja sama dari tiga negara tersebut. Indonesia menawarkan sharing pengalaman dan keahlian kepada Republik Demokratik Kongo dan Brazil terkait pengurangan deforestasi, pengendalian dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta dalam hal pengelolaan hutan sosial untuk masyarakat.

Brazil yang memiliki pengalaman luas dalam pelaksanaan pembayaran jasa ekosistem (PES), pengelolaan dana iklim lewat lembaga Amazon Fund, juga kerjasama kegiatan pengelolaan praktik pertanian dan peternakan yang rendah emisi, pengelolaan sampah dan sanitasi.

Baca Juga: KTT Iklim COP 26 di Glaslow, KLHK: Terdapat Kemajuan Besar dalam Proses Negosiasi

Sementara Demokratik Republik Kongo ingin banyak belajar dari Indonesia dan Brazil, sehingga meminta dukungan dan bimbingan teknis dari Indonesia dan Brazil dalam program REDD+, pengelolaan hutan secara berkelanjutan, termasuk gambut. Ketiga negara juga membicarakan terkait program keanekaragaman hayati dan bioprospeksi serta rehabilitasi dan konservasi mangrove.

“Setelah pertemuan tersebut, Menteri Brazil, Republik Demokratik Kongo dan Saya menugaskan masing-masing pejabat perwakilan untuk membahas tindak lanjut teknis terkait area kerjasama potensial yang dapat dilakukan ke depan baik dalam kerangka kerja sama bilateral maupun trilateral," ungkap Wamen Alue Dohong.

Dalam pertemuan trilateral, Alue Dohong, didampingi Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) Agus Justianto, Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Ruandha A. Sugardiman, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Laksmi Dhewanthi, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno, dan Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Dida Ridha Migfar.

Sementara delegasi Brazil diimpin Menteri Lingkungan, Mr. Yoaquim Leite, didampingi Wakil Menteri urusan Perubahan Iklim dan Urusan Internasional, Mr. Marcus Paranagua, Direktur Urusan Internasional, Mrs. Guelhemme Belli, dan Sekretaris untuk urusan Amazon dan Lingkungan, Martha Giannichi.

Delegasi Republik Demokratik Kongo dipimpin oleh Menteri Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan, Mrs. Eve Bazaiba Masudi, didampingi Penasehat Urusan Hutan dan Gambut, Mrs. Dzibo Syllvie didampingi Koordinator Manajemen Gambut , Mr. Jean Jacques Bambuta Boole.

Pertemuan trilateral ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan virtual sebelum COP 26 UNFCCC pada 22 Oktober 2021 antara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, dengan Menteri Lingkungan Brazil Mr. Yoaquim Leite. Dalam pertemuan tersebut dibahas kerja sama pemilik hutan tropis terbesar, untuk aksi-aksi lebih lanjut, khususnya dalam menyongsong COP26 UNFCCC.

Sesaat setelah pertemuan trilateral tingkat menteri selesai, dilanjutkan dengan pertemuan tingkat teknis untuk mengidentifikasi dan membahas secara lebih teknis lingkup atau cakupan dan bidang kerjasama yang akan dituangkan nota kesepakatan ketiga negara, Indonesia, Brazil dan Republik Demokratik Kongo.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI