Suara.com - PT Karya Mandiri Trading (KMT) pengelola aplikasi pinjaman online (pinjol) Uang Hits yang dilaporkan ke polisi karena meneror nasabah, ternyata sudah beroperasi di Indonesia selama 4 tahun.
Wakapolres Metro Jakarta Barat Bismo Teguh Prakoso mengatakan, perusahaan illegal asal China tersebut sudah beroperasi sejak tahun 2017 silam.
"Hasil penyelidikan dan penyidikan sudah empat tahun berjalan," kata Wakapolres Metro Jakarta Barat, Bismo Teguh Prakoso di Mabes Polres Metro Jakarta Barat, Jumat (12/11/2021).
Guna memastikan legalitas dari perusahaan itu, Polres Metro Jakarta Barat telah berkirim surat ke Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca Juga: Dua Karyawati Pinjol Ilegal Ancam Sebar Identitas Nasabah Agar Dapat Bonus dari Bos
"Kami sudah bersurat kepada departemen kementerian, Keminfo, OJK, dan Kemenkumham," tutur Bismo.
"Kami sedang menunggu surat balasan, tentang izin-izin dari perusahaan ini," sambungnya.
Di samping itu, terungkap PT Karya Mandiri Trading diduga dikendalikan dari China. Jasa peminjam uang secara online ini tidak memiliki kantor fisik di Indonesia.
Guna berkomunikasi dengan kedua karyawannya yakni RA (21) yang menjabat sebagai Desk Collection (penagih) dan AH (27) Team Leader, menggunakan sebuah aplikasi yang memiliki fitur vidio conference.
"Mereka tidak bisa berhubungan langsung karena mereka bekerja melalui virtual office semuanya. Jadi semuanya komunikasi terputus karena mereka tidak pernah bertemu. Mereka bertemu kalau mengadakan rapat saja melalui virtual office," jelas Bismo.
Baca Juga: Pemerintah Digugat ke Pengadilan Gara-gara Pinjol
Seperti pemberitaan sebelumnya, RA dan AH ditetapkan sebagai tersangka. Kedua dijerat dengan Undang-undang ITE Nomor 19 tahun 2016 pasal 27 ayat 4, dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara.
Aplikasi pinjol dengan penagihan yang disertai ancaman penyebaran identitas pribadi terungkap setelah adanya laporan dari korban bernama Morin.
Morin mengaku pada Oktober 2021 lalu meminjam uang ke salah satu aplikasi pinjol senilai Rp 3 juta dengan tempo tujuh hari. Namun dana yang dicairkan hanya Rp 2 juta, dia pun merasa potongan bunga diawal itu terlalu besar.
"Saya juga enggak tahu bunga yang harus dibayar dalam waktu satu pekan itu berapa, karena sudah terlanjur pinjam ya sudah," ujar Morin kepada wartawan di Polres Metro Jakarta Barat pada Rabu (11/11/2021).
Belum masuk jatuh tempo atau sekitar lima hari, tiba-tiba pihak aplikasi pinjol menghubungi Morin meminta agar uang Rp 3 juta yang dipinjamnya segera dilunasi.
Karena merasa belum jatuh tempo dia memilih tidak mengindahkan tagihan tersebut. Namun, pihak pinjol menghubunginya setiap hari, hingga diancam identitas pribadinya akan disebar. Bahkan Morin juga diancam akan didatangi ke rumahnya.
"Ada ancaman juga 'Kamu hati-hati saya tahu rumah kamu di mana', dia sampai segitunya," kata Morin.
Mendapat pesan itu, Morin langsung melunasi hutangnya. Dia berpikir jika urusannya dengan pihak pinjol telah selesai.
Namun beberapa hari kemudian dia dihubungi kembali oleh pihak pinjol dengan dali, Morin masih memiliki hutang senilai Rp 3 juta.
Tidak terima dengan hal itu, dia lantas melapor ke Polres Metro Jakarta Barat.
"Karena merasa saya enggak minjam dan dapat ancaman fisik atau penyebaran data, akhirnya saya membuat laporan ke Polres Metro Jakarta Barat," ujarnya. (Raihan Hanani)