Suara.com - Pandemi Covid-19 yang melanda tanah air menyisakan banyak cerita khususnya para relawan yang membantu para nakes di Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta. Seperti cerita Antony Gie seorang relawan yang bertugas memangkas rambut para tenaga medis di RSDC Wisma Atlet.
Antony menyampaikan, motivasinya menjadi relawan non-medis di Wisma Atlet berangkat dari hal sederhana. Yakni hanya ingin pandemi Covid-19 berakhir.
"Sebenarnya waktu itu saya punya opsi untuk pulang kampung cuma pada saat itu penerbangan dikurangi jadi stres itu jadi berawal dari rasa takut dan stres lalu saya ya sudah saya cari link relawan browsing-browsing," kata Antony dalam diskusi daring bertajuk 'Cerita Dibalik Wisma Atlet', Jumat (12/11/2021).
Menurutnya, penyambutan baik dari para relawan dan tenaga medis yang bekerja di Wisma Atlet langsung dirasakan. Meski awal-awal masuk ke sana dirinya juga sempat merasa takut terpapar.
Baca Juga: Viral TKW Dipalak saat Mau Karantina di Wisma Atlet, 2 Orang Dicokok Polisi
Antony sendiri di sana bertugas memangkas rambut para tenaga medis hingga relawan yang menangani pasien covid. Ia menceritakan saat memangkas rambut para tenaga medis mendapat kejadian tak biasa.
"Mereka (nakes) kan pakaian APD lengkap tertutup dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ketika saya ingin mencukur rambutnya terlihat kuping mereka bahkan sampai lecet karena mereka kan pakai masker berlapis-lapis ya," tuturnya.
Selain itu, Antony juga mendapatkan pengalaman yang kurang mengenakan. Yakni adanya diskriminasi dari masyarakat yang khawatir tertular Covid-19 dari Antony.
Ia sempat kembali menjadi penata rambut anak-anak ketika Covid-19 sempat melandai di Wisma Atlet. Kliennya pada saat itu justru tak mau ditangani oleh Antony lantaran takut tertular covid.
"Kenyataannya dapat juga semacam diskriminasi karena pada saat dua bulan itu sempat masuk lagi bekerja sebagai hairstytlis seperti biasa, lalu ada yang tahu saya sempat di Wisma Atlet lalu kemudian ya seperti itulah ya enggak mau di-handle sama saya tahu saya di Wisma Atlet," tuturnya.
Baca Juga: Viral Nakes Bikin Konten soal Suntik KB, dr Tirta: Urusan Pribadi Pasien Tak Boleh Disebar
Lebih lanjut, Antony sadar dan tak mau ambil pusing terhadap adanya diskriminasi yang dialaminya tersebut. Menurutnya, ia selalu menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan kerap kali karantina untuk menghindari terpapar Covid-19.
"Saya bilang tidak mungkin saya keluar dari Wisma Atlet tanpa surat sehat. Cuma saya untuk menjaga-menjaga saya karantina di kosan baru masuk lagi sebelum akhirnya PPKM lagi lalu sampai balik lagi ke sini."