Harga PCR Hasil Cepat Lebih Mahal Diduga Tipu-tipu Ongkos Bisnis, Ini Kata Bio Farma

Selasa, 09 November 2021 | 15:29 WIB
Harga PCR Hasil Cepat Lebih Mahal Diduga Tipu-tipu Ongkos Bisnis, Ini Kata Bio Farma
Petugas kesehatan melakukan tes usap (swab test) PCR di Jakarta, Senin (25/10/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anggota Komisi VI DPR Andre Rosiade mengatakan ada tipu-tipu dalam bisnis tes PCR. Tipu-tipu itu terkait adanya patokan harga berbeda, di mana hasil tes yang cepat keluar dipatok lebih mahal, ketimbang yang keluar berhari-hari.

Andre mengatakan hal itu sebagai permainan dalam tes PCR. Ia menilai seharusnya harga tidak dipatok berdasar berapa lama hasil keluar, baik itu 1x24 jam maupun 2x24 jam dan seterusnya dengan durasi lebih lama, bahkan lebih cepat.

"Jadi mesin PCR dan ekstrasi itu jadi saya mau bongkar juga itu, jadi mesin PCR itu ada 96 spesimen per satu jam, ada yang 48 spesimen per satu jam, mesin ekstrasi ada 16 spesimen per 20 menit, ada yang mesin 32 spesimen per 20 menit, ada yang 44 spesimen per 20 menit dan 96 spesimen per 20 menit," kata Andre dalam rapat dengar pendapat di Komisi VI DPR, Selasa (9/11/2021).

Menurut Andre dengan kemampuan mesin PCR memproses beberapa spesimen dalam beberapa skala waktu itu seharusnya laboratorium tidak lagi mematok harga PCR berdasarkan waktu. Apalagi kata Andre, banyak pasien yang melakukan swab sehingga tidak perlu menunggu ribuan mesin di lan untuk bekerja.

Baca Juga: Tes PCR untuk Bepergian Dikaji Lagi, Luhut: Bukan karena Kita Nggak Konsisten

"Jadi lucu juga dibikin postur-postur begitu. Ini juga harus kita bongkar, harusnya bareng sama Menkes. Tapi kita bukan Komisi IX juga. Bahwa sebenarnya mau 1 jam, 3 jam, 6 jam atau 1x24 jam atau 1x48 jam itu enggak penting, enggak signifikan karena mesinnya bekerja," tutur Andre.

Petugas kesehatan beristirahat di sela melakukan tes usap (swab test) PCR di Jakarta, Jumat (29/10/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Petugas kesehatan beristirahat di sela melakukan tes usap (swab test) PCR di Jakarta, Jumat (29/10/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

"Jadi mohon maaf kita diduga ditipu-tipu saja ongkos bisnis ini. Tugas kita memastikan bahwa BUMN selain cari untung juga berpihak untuk rakyat. Saya enggak yakin juga tadi menteri melarang-larang," tandasnya.

Jawaban Bio Farma

Menanggapi Andre, Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir dalam rapat yang sama di Komisi IX memberikan jawaban.

Honesti mengatakan tarif berdasarkan waktu penyelesaian tes PCR juga diterapkan di beberapa negara, tidak hanya Indonesia.

Baca Juga: Bongkar Modal Tes PCR Cuma Rp 100 Ribu, Andre Rosiade: Harusnya Bisa Di Bawah Rp 200 Ribu

"Kenapa? Saya lihat juga logikanya mesin itu kan ada yang mesin running 96 sample, itu running, untuk ekonomisnya harus 96 sample di-running, tapi kadang-kadang ada yang sample itu nggak cukup atau ada yang ingin cepat sehingga terus me-running di bawah kapasitas normal, sehingga terpaksa memang mengkompensasikan yang idle capacity itu ke harga itu, sehingga ada perbedaan di sisi layanan, lamanya layanan," tutur Honesti menjelaskan.

Minta Harga Tes PCR di Bawah Rp 200 ribu

Anggota Komisi VI DPR Fraksi Gerindra Andre Rosiade mengatakan harga tes PCR seharusnya bisa lebih rendah dari yang sekarang diterapkan. Ia mengatakan harga PCR bisa kurang dari Rp 200 ribu.

Hal itu Andre sampaikan menanggapi paparan Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir soal harga tes PCR di Indonesia lebih murah dibanding negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

"Jadi intinya apa? Intinya PCR kita itu bisa di bawah Rp 200 ribu. Harapan saya harapan ini didengar oleh menteri BUMN, menteri Kesehatan dan juga pak presiden dan seluruh rakyat Indonesia. Indonesia bisa harga PCR-nya di bawah Rp 200 ribu. India bisa kenapa kita tidak," kata Andre, Selasa (9/11/2021).

Dalam kesempatan itu Andre turur membongkar struktur harga tes PCR. Dari paparan yang disampaikan, Andre meyakini bahwa dengan modal tertentu, harga tes PCR bisa ditekan hingga di bawah Rp 200 ribu.

"Saya sudah bongkar struktur biayanya tadi semuanya bisa, tinggal pemerintah berkeinginan gak," kata Andre.

Andre sebelumnya memepertanyakan harga tes PCR sedari awal yang dipatok hingga jutaan rupiah hingga akhirnya saat ini turun menjadi Rp 275 ribu. Menurutnya dengan modal mesin PCR yang berkisar Rp 250 juta dan kit yang tidak lebih dari Rp 100 ribu, harga bisa lebih murah.

Bahkan, dikatakan Andre kekinian pabrikan mesin tidak lagi menjual mesin PCR melainkan hanya meminjamkan kepada lab. Dengan begitu pengeluaran sebesar Rp 250 juta tidak lagi diharuskan sehingga tanpa modal.

"Sehingga cukup lab-lab kita itu beli kit-nya saja, menyediakan kit-nya saja, mesinnya nanti dipinjamkan secara gratis oleh pabrik. Jadi investasi Rp 250 juta gak perlu-perlu amat ada opsi seperti itu sekarang,"

Di sisi lain, Andre turut merinci sejumlah harga mulai dari VTM yang range harganya dimulai Rp 10 ribu, kemudian ekstrasi kit berkisar Rp 25 ribu, sampai PCR kit reagen seharga Rp 65 ribu.

Dengan perincian harga tersebut, hitunh-hitungan Andre harga tes PCR bisa lebih rendah dari Rp 200 ribu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI