Suara.com - Ketua Serikat Perempuan Indonesia (Seruni), Helda Khasmy mengatakan sejak revolusi industri Inggris pada 1770, kaum kapitalis dengan kapitalismenya menjadi corong bagi peradaban dalam menaklukan alam. Menurutnya, hingga akhir abad ke-19, bukan hanya alam yang ingin ditaklukkan dan dihancurkan di bawah kapitalisme, tetapi semua negara dan rakyat yang lemah pun ingin ditundukkan dan dijajah.
"Pada awal abad ke-20 sistem kapitalisme telah mati, terus membusuk dan karena itu yang tersisa sekarang adalah imperialisme," kata Helda dalam keterangan persnya, Minggu (7/11/2021).
Dia bilang kerusakan alam dan manusia di bawah monopoli kapitalisme berlangsung cepat dan tidak pernah terlihat sebelumnya. Termasuk alam yang rusak karena perang dunia 1 dan perang dunia 2 sebagai dampak radiasi nuklir yang tidak sebanding dengan pencemaran karbon dan metana — negosiasi soal itu saat ini sengaja dibuat berlarut-larut.
Dirinya juga bilang imperialisme memaksa warga Indonesia hidup di bawah sistem semi-koloni dan semi-feodal. Kekuatan imperialisme membentuk 1% (orang kaya), (sistem) membuat kita jadi kaki tangan dan mendukung mereka mendapatkan 46% tanah dan modal terbaik negara kepulauan terbesar di dunia.
Baca Juga: Pidato Presiden Jokowi di KTT COP26, FPR Sebut 'Tuan Tanah dan Borjuis Besar'
"Yang pada akhirnya, banyak dari kita miskin akibat krisis berkepanjangan dan yang akan terus memburuk," katanya.
"Kita juga jadi salah satu negara yang paling terancam oleh perubahan iklim, tapi juga jadi harapan untuk menangani perubahan iklim karena jumlah penduduk serta adanya hutan tropis, lahan gambut dan rawa-rawa," tambahnya.
Helda yang juga hadir dalam acara Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-26 (COP 26 UNFCCC) di Glasgow, Skotlandia, United Kingdom beberapa waktu lalu, di mana Presiden Joko Widodo juga hadir secara lantang menyuarakan hal ini.
"Kami datang ke sini untuk meminta pertanggungjawaban atas kerusakan pada manusia dan alam yang telah Anda buat selama ratusan tahun. Berkat keringat dan darah nenek moyang sampai anak cucu kami, AS, Eropa sampai Jepang dapat jadi negara adidaya, sementara kami selalu tersiksa," katanya.
Dia bilang dirinya datang untuk menuntut hak yang telah dirampas, alam yang sudah hilang dan petani kami hidup hanya dengan 50 ribu sehari.
Baca Juga: Soroti Pidato di KTT COP26, FPR Sebut Jokowi Tak Malu Mengemis ke Imperialis
"Dulu kalian mengajarkan kami untuk memakai batu bara saat kami cuma pakai kayu bakar. Kalian meminta kami memasak dengan kompor minyak saat kami memakai kayu bakar. Anda meminta kami untuk berhenti menggunakan minyak tanah untuk memasak dan beralih ke gas, Anda meminta pemerintah kami mencabut subsidi bahan bakar minyak. Gas yang kalian bawa itu mengandung metana. Apa lagi yang harus kami bakar utk masak, menyalakan mesin mobil dan speda motor — yang gas nya juga kalian ekspor," pungkasnya.