Analisis Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024: Siapa Terkuat?

Siswanto Suara.Com
Sabtu, 06 November 2021 | 14:48 WIB
Analisis Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024: Siapa Terkuat?
Ilustrasi pemilu (Unsplash/5Element)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Yang bisa mencalonkan pasangan presiden - wakil presiden hanya partai politik atau koalisi partai politik hasil pemilu 2019 yang mendapat kursi 20 persen di DPR atau 25 persen suara pemilih nasional. Yang memenuhi syarat itu hanya PDIP. Partai-partai lain harus koalisi, kata guru besar ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Saiful Mujani.

Menurut pendiri Saiful Mujani Research and Consulting, kalau semua partai di Senayan menghendaki agar calon presiden dari partai mereka masing-masing maka sudah muncul beberapa nama yang didorong atau mulai terlihat bekerja untuk jadi calon presiden: Prabowo (Gerindra), Puan Maharani (PDIP), Airlangga Hartarto (Golkar), Muhaimin Iskandar (PKB), dan Agus Harimurti Yudhoyono (Demokrat). Partai-partai lain belum terlihat ketua atau wakil ketuanya yang sudah mulai kerja untuk calon presiden.

Karena syarat batas minimal partai untuk bisa mencalonkan sangat tinggi, maka hanya PDIP yang bisa mencalonkan tanpa koalisi. Karena itu, jumlah calon maksimal hanya 4 atau 3, kata Saiful Mujani.

Apakah PDIP akan mencalonkan Puan untuk jadi presiden? Saiful Mujani mengatakan sejauh ini Puan terlihat sudah melakukan sosialisasi masif. Kalau hasilnya menunjukkan Puan berpeluang cukup bagus untuk menang, mungkin ia akan menjadi calon. Tunggu sekitar 2 tahun lagi, kata Saiful Mujani.

Baca Juga: 3 Partai Ini Mungkin Usung Anies Baswedan Jadi Presiden 2024

Bagaimana elite partai tahu peluang baik itu? Menurut Saiful Mujani biasanya mereka melihat hasil survei. Kalau melihat hasil survei kelima petinggi partai itu, sementara ini Prabowo paling atas, diikuti oleh AHY. Sementara Puan, Airlangga, dan Muhaimin jauh di bawah kedua nama itu. Prabowo vs AHY?

Partai mana yang mau gabung dengan Prabowo atau AHY? Berdasarkan analisa Saiful Mujani, atas dasar bacaan terhadap elite partai, PDIP sudah hampir dipastikan tidak ke AHY. Nasdem kemungkinan tidak ke Prabowo. PDIP dan Nasdem mungkin tak bersama-sama lagi. Nasdem ke AHY? Mungkin. Partai lain? Golkar?

Golkar bisa bersama dengan Prabowo maupun AHY, tergantung Airlangga dapat posisi nomor 1, nomor 2, atau tidak? Tergantung siapa yang memiliki peluang lebih baik untuk menang, Prabowo atau AHY? Kalau Puan berpasangan dengan Prabowo, maka Golkar mungkin tak ke Prabowo. Bila kans AHY baik, Airlangga bisa bersama AHY. Prabowo-Puan vs AHY-Airlangga? Dilihat dari kursi mereka di DPR, sudah cukup, kata Saiful Mujani.

Partai lain? Mencalonkan Muhaimin? Mungkin, tapi belum terlihat tanda-tanda. Belum terlihat gejala Muhaimin bisa unggul atas Prabowo maupun AHY. Lalu? Tidak ada lagi ketua partai yang bisa diandalkan, demikian dikatakan Saiful Mujani.

Saiful Mujani menambahkan dalam kondisi stok sudah tak ada lagi yang kompetitif dari para ketua partai, jalan keluarnya hanya dua: gabung bersama AHY atau Prabowo, atau cari alternatif di luar petinggi partai. Siapa?

Baca Juga: Kader Partai Gerindra Sumsel Usung Prabowo Jadi Presiden 2024

Dilihat dari sentimen pemilih, ada sejumlah nama di luar ketua partai yang menunjukkan gejala dukungan kuat dari rakyat: Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Khofifah Indra Parawansa. Di antara nama-nama ini, Ganjar unggul cukup jauh, bahkan besar peluangnya untuk mengalahkan semua calon, kata Saiful Mujani.

Menurut Saiful Mujani, Ganjar bisa mengalahkan semua calon lain. Kalau PDIP tidak mencalonkannya karena memasangkan Puan dengan Prabowo, mungkin Ganjar tidak maju. Kalau Ganjar tidak maju lalu siapa? Mungkin Anies, Ridwan, atau Khofifah. Sementara, Anies berpeluang unggul atas Prabowo dan AHY.

Saiful Mujani mengatakan bila Anies unggul atas Prabowo, apakah PDIP akan tetap mencalonkan Prabowo? Apakah Golkar akan tetap mendukung AHY? Golkar mungkin memasangkan Airlangga dengan Anies, dan partai-partai lain mungkin akan mendukung Anies-Airlangga melawan Prabowo-Puan: PDIP-Gerindra vs the rest.

Saiful Mujani berkata Prabowo-Puan vs Anies-Airlangga (Ridwan atau Khofifah atau AHY) kemungkinan Anies lebih baik peluangnya untuk menang. Yang bisa menghentikan Anies sementara ini tidak ada kecuali Ganjar. Maka yang menentukan kemudian adalah apakah PDIP akan tetap dukung Prabowo lawan Anies karena ingin Puan jadi wapres Prabowo, padahal Prabowo akan kalah sama Anies sehingga target Puan tak tercapai?

Atau Anies-Puan lawan Prabowo (berpasangan dengan …) untuk mencapai target Puan? Mungkin saja. Manuver Anies selama ini kan rasional saja bukan ideologis, sama seperti Prabowo. Keduanya bisa terima ormas seperti FPI bila menguntungkan, dikatakan Saiful Mujani.

Sebagaimana disebutkan Saiful Mujani, bila Anies-Puan, Demokrat dan Nasdem mungkin tidak dukung, Golkar juga mungkin tidak karena Airlangga tak dapat posisi. PKS juga mungkin tidak karena susah berkoalisi dengan PDIP. PKS bisa saja kemudian bergabung dengan Prabowo. Bila ini yang terjadi, maka mungkin ada 3 pasangan calon dari PDIP vs Gerinda-PKS vs Golkar-Nasdem-Demokrat. PKB, PAN, dan PPP bisa ikut salah satu dari 3 poros itu. Capresnya? Prabowo vs Anies vs …. (AHY, Ridwan, atau Khofiffah dan wakilnya Airlangga). Tiga poros ini punya peluang cukup imbang.

Tapi bila PDIP ingin menjaga tradisi rasional seperti 2 kali pilpres terakhir, Puan tidak dipaksakan harus jadi wapres, maka PDIP akan bisa tetap punya presiden dari kadernya sendiri, dengan memilih Ganjar sebagai calonnya. Bila ini yang terjadi, maka capresnya mungkin Prabowo (Gerindra/…) vs Ganjar (PDIP, Golkar, PKB) vs Anies (PKS, Nasdem, Demokrat): Prabowo-…vs Ganjar-Airlangga (Khofiffah) vs Anies-AHY (Ridwan). Dalam keadaan demikian mungkin saja prabowo tidak dapat menarik partai lain untuk bergabung. Dia tidak bisa mencalonkan diri, kata Saiful Mujani.

Menurut Saiful Mujani, bila Prabowo tidak jadi mencalonkan diri karena partai-partai lain tak ada yang mau mencalonkan, dan Gerindra tak bisa sendirian, maka calon-calon presiden 2024 diisi oleh anak-anak bangsa yang semuanya dari generasi baru. Regenerasi politik terjadi secara alamiah dan politik.

Bila Prabowo tak bisa nomor 1, kata Saiful Mujani, mungkin nomor 2 juga diterima. Berpasangan dengan Ganjar, Anies, AHY, Ridwan, atau Khoffifah. Atau mempersilakan kader Gerindra yang lain untuk maju. Sandiaga Uno adalah kader paling kompetitif di antara kader Gerindra setelah Prabowo. Sandi punya peluang untuk nomor 1 atapun nomor 2. Dia mungkin lebih flexible. Nasdem dan Demokrat pun kemungkinan menerima untuk nomor 1 ataupun nomor 2.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI