Pada tahun 2017 kata Iqbal, Indonesia pernah menekan angka deforestasi sekitar 170.000 hektare.
"Artinya, apa di sini sebenarnya intervensi kebijakan terhadap kebakaran hutan itu tidak optimal, tapi betul-betul deforestasi turun pada saat musim basah atau Elnina tidak terjadi di Indonesia atau bisa kita katakan bahwa intervensi bahwa Indonesia tidak tidak melakukan apa-apa terhadap penjagaan hutan," kata Iqbal.
Lebih lanjut, Iqbal menyebut di tahun 2021 ini terdapat beberapa perusahaan yang sebelumnya terbakar 2015-2019, kemudian terbakar lagi tahun 2021. Iqbal menuturkan hal tersebut terjadi di beberapa titik seperti di Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat.
Sehingga, ia menyebut keberhasilan yang diklaim Jokowi seluruhnya adalah omong kosong.
"Di beberapa titik misalnya kita dapat lihat di Sumatera Selatan di Kalimantan barat, artinya kebakaran hutan tidak bisa diklaim oleh Jokowi sebagai sebagai keberhasilan. Boleh dikatakan, klaim-klaim Jokowi seluruhnya adalah omong kosong," katanya.
Sebelumnya, Jokowi menyebut dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus memberikan konstribusinya dalam penanganan perubahan iklim. Bahkan, kata Jokowi, kebakaran hutan di Indonesia turun 82 persen di tahun 2020.
"Dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan turun 82 persen pada 2020," kata Jokowi dalam KTT Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim atau COP26 di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11/2021).
Tak hanya itu, Indonesia diklaim Jokowi juga telah memulai rehabilitasi hutan mangrove seluas 600.000 hektare sampai 2024, terluas di dunia. Jokowi juga mengatakan Indonesia telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara 2010-2019.
"Sektor yang semula menyumbang 60 persen emisi Indonesia, akan mencapai carbon net sink selambatnya tahun 2030," katanya.
Baca Juga: Temui PM Inggris, Luhut Bahas Deforestasi Hingga Energi Baru dan Terbarukan