Suara.com - Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership atau DEEP Indonesia, Neni Nur Hayati mengatakan bahwa persoalan women and electoral justice selalu terjadi setiap pemilihan umum. Perempuan lanjut Neni juga kerap menjadi objek dalam pemilihan.
"Misal paling rentan terhadap dampak politik uang itu adalah perempuan," kata Neni dalam diskusi publik secara daring, Minggu (31/10/2021).
Karena itu ia mengingatkan agar nantinya tim seleksi/Timsel KPU dan Bawaslu dapat memilih calon penyelenggara Pemilu yang memiliki perspektif gender secara utuh.
Penyelenggara Pemilu dituntut tidak hanya mendorong keterwakilan perempuan sebesar 30 persen. Melainkan juga harus memastikan bahwa penyelenggara laki-laki juga harus meniliki perspektif gender yang baik.
Baca Juga: Bawaslu Terpilih Menjadi Presiden Global Network on Electoral Justice Network
"Saya kira ini menjadi hal yang cukup krusial membenahi persoalan women and elecotral justice yang selalu terjadi," ujar Neni.